Kamis, 16 Maret 2017

Jika Membaca Ini

Allah menulisakan segalanya tentang takdir yang terjadi hari ini. Siapa yang bisa menolak? Aku pun tidak bisa menolaknya. Setiap pertemuan, perasaan, dan perpisahan. Aku hanya bisa menjalani, bahagia, atau bersedih menerimanya. Tapi semua hal harus disyukuri. Allah selalu memiliki cinta untuk setiap hamba. Tanpa terkecuali. Aku ingin menulis apapun yang ada di dalam hatiku saat ini. Bukan sekadar apa yang ingin aku ucapkan, tapi banyak hal yang tidak bisa kuutarakan.

Aku tahu bahwa segala yang terjadi adalah bagian dari takdir. Tapi percayalah, aku tidak pernah menyukai segala hal yang berbau perpisahan dan kehilangan. Itu bukan hal yang menyenangkan. Kenyataan pahit yang mau tidak mau harus diterima. 


Nuzulia, 2017

Selasa, 14 Maret 2017

Menyengajakan Patah Hati

Seperti bermain-main dengan luka dan rasa sakit, seperti tidak bosan menghadapinya, seperti tidak mempunyai ketakutan, seperti tidak mengalami kelelahan. Aku, perempuan yang patah hati.

Siapapun yang pernah terluka akan semakin kuat dari lukanya, semakin tangguh dari rasa sakitnya. Aku lelah, sangat lelah berurusan dengan kehilangan demi kehilangan. Luka demi luka. Hati yang patah berkali-kali (lagi). Tapi aku bisa apa, takdir yang memintaku. Dan aku hanya harus merasa selalu baik-baik saja. 

Semesta berkata bahwa aku perempuan yang kalah. Atau lebih suka mengalah. Menghadapi rasa sakit bertubi-tubi dan tersenyum, melupakan semua sayatan. Sementara, aku hanya ingin bahagia. Aku lelah menangis.

Segala yang kulakukan seolah-olah "menyengajakan patah hati". Menghadapi ketakutan terbesarku dan berpura-pura kuat. Kemudian dari kejauhan aku hanya mampu melihat kebahagiaannya tanpaku. Dan aku harus merelakannya. Menyengajakan patah hati lagi dan lagi. Tanpa peduli betapa besar hatiku telah koyak dan rusak. Aku hanya ingin berdoa, mencintai, dan berpura-pura merasa baik-baik saja.

Aku baik-baik saja.

Nuzulia, 2017

Senin, 13 Maret 2017

Mengikhlaskan Cinta

Saya mencintai seseorang, tapi saya harus mengikhlaskannya demi kebaikan. Kadang ada yang harus diperjuangkan dan ada yang harus dilepaskan. Mungkin ini takdir kami, tidak harus dipersatukan meskipun cinta berdiri kokoh di antara kami. Saya harus merelakan dia bahagia dengan orang lain, karena Allah. Allah-lah yang menulis kisah kami. Takdir kami mencintai cukup sampai di sini. Hingga nanti, Allah cukupkan kami dengan kebahagiaan masing-masing, atau dipersatukan dengan cara lain.

Restu, kami bisa apa? Tidak ada yang bisa saya paksakan. Saya hanya bisa merelakan. Selebihnya terserah Allah mau apa. Saya hanya bisa berusaha bahagia dan berdoa untuk kebahagiaannya. 

Saat ini, cinta yang saya lepaskan hanya saya yakini terbang dan menjadi bunga di surga. Saya yakin Allah punya kehendak tebaik-Nya. Dengan siapapun saya nanti, jodoh atau kematiankah yang akan menjemput saya lebih dulu.

Terima kasih Allah-ku. Aku mencintai-Mu.

Nuzulia, 2017