Kehilangan memang tidak pernah menyenangkan. Peristiwa paling menyedihkan selepas pertemuan. Ya Allah, mengeluh tidak boleh tapi sedih juga rasanya. Kehilangan seorang sahabat yang menemani perjalanan hijrah itu menyedihkan. Ternyata lebih menyedihkan dari kehilangan seorang kekasih. Aku menyayanginya karena Allah, sebab itu ketika dia pergi rasa hati ada yang kosong.
Dia adalah seorang yang menemani penghijrahanku. Seseorang yang tidak pernah berhenti mendo'akan dan menyemangatiku di perjalanan, ketika hampir semua orang menolak langkahku. Dia di Malaysia. Tak ada kehilangan yang menyedihkan setelah kewafatan orang tercinta, selain kehilangannya. Sahabat yanng Allah kirimkan untukku kala itu. Aku mencintainya, sahabatku yang baik, karena Allah. Dia sahabat yang luar biasa sabar menghadapi seluruh ceritaku, sikapku yang kadang menyebalkan. Aku telah kehilangannya entah sebab apa. Belakangan dia berubah. Aku merindukan dia yang kukenali, sekalipun kami tidak pernah bertemu. Tapi aku takut mengatakannya. Rasanya sangat tidak pantas. Dia terlalu terhormat bagiku. Lagipula aku paham, suatu ketika kami akan saling membatasi. Karena Allah. Perkenalan karena-Nya,, perpisahan pun begitu.
Sahabat yang selalu meyakinkanku untuk terus mencari cinta Allah, berjalan lurus dalam penghijrahan. Saat itu dia tidak pernah alpa menjadi pendengarku dan menasehatiku saat aku lalai.
Kak, dimanapun Kakak, jangan lupakan Lia. Kakak jaga kesehatan ya. Jaga diri baik-baik. Berkah selalu untukmu Kak. Semoga Allah bisa mempertemukan kita kelak, sekalipun Lia hanya bisa lihat Kakak di kejauhan.
Untuk Kak H.G. yang baik hati. Dari Lia
Indonesia-Malaysia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar