Jumat, 22 November 2013

Teruntuk Cinta Yang Dipilihkan Allah SWT

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..

"Cinta adalah satu kata penuh makna penuh cerita. Cinta adalah anugerah yang tak pernah bisa ditolak kehadirannya."



Salam, dari hatiku yang terdalam untukmu. Belahan jiwaku dari Allah SWT yang datang tanpa sebuah pemberitahuan. Kekasih hatiku pilihan Allah SWT. Ahlan Wa Sahlan. Di kehidupanku yang baru, di kehidupan kita yang baru.


Allah SWT mempersatukan kita lewat sebuah cara. Aku tak tahu kau siapa, asalmu dari mana, aku sungguh tak tahu. Cinta itu hadir dengan sendirinya. Tak sedikitpun aku mengenalmu. Tapi, Allah SWT persatukan kita dengan cara yang terbaik, dan saling jatuh hati dengan cara yang terbaik.

Untukmu cinta yang masih dirahasiakan Allah sampai detik ini. Sungguh, mempersiapkan diri untuk pertemuan kita nanti tidaklah sederhana. Ya, tak sesederhana pertemuan dalam film buatan manusia. Pertemuan kita tentunya begitu istimewa. Bagiku, bagimu, dan tentunya bagi kisah kita.

Sedang apa kau di sana? Di sini, aku sedang tersenyum sendiri membayangkan pertemuan kita nanti. Membayangkan ketika saat itu tiba dan telah di depan mata. Dalam do'a aku mengindahkan kita sebelum pertemuan. 

Rabu, 13 November 2013

Indahnya Cinta Selepas Menikah

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Salam ikhwahfillah, apa kabar? Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan curahan rahmat dan kasih sayangNya kepada kita semua. Allahumma aamiin.

"INDAHNYA CINTA SELEPAS MENIKAH"


Pembahasan yang sangat menarik sekali untuk kita cermati dan pelajari. Allah SWT berfirman dalam sebuah ayat Q.S. Al-Hujuraat : 13 yang berbunyi, :


"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti." (Q.S. Al-Hujuraat : 13)


Setiap makhluk itu diciptakan Allah SWT berpasang-pasangan. Begitupun manusia. Manusia disatukan oleh Allah SWT dalam sebuah ikatan halal yang indah yaitu menikah. Masya Allah. Si fulan bin fulan berikrar, "Saya terima nikahnya si fulan binti fulan dengan maskawin.... Tunai..." SAH! Ikrar tersebut yang dinamakan Ijab Qabul. 


Pasti tidak sedikit yang bertanya begini, "Lalu, menikahnya tidak pakai proses dulu begitu? Langsung menikah saja?". Oh, tentu tidak, pasti ada prosesnya dulu. Rasulullah SAW saja berkata kepada seseorang yang hendak menikah agar melihat calon pendampingnya terlebih dahulu. Masya Allah. "Nah, kan harus kenal dulu, harus tahu bagaimana calonnya dulu, pendekatannya bagaimana?". Jawabannya Ta'aruf.

Eitssss, ta'aruf itu bukan pacaran yaa, dan bukan juga modus pacaran islami yaa. "Tapi kan Li, harus saling mengenal dulu. Jangan seperti membeli kucing dalam karung dong!" Oke, kita bahas bersama di sini ya!

Allah SWT. berfirman, yang artinya :
"Dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk." (Q.S. Al-Isra' : 32).

*) Dan janganlah kamu mendekati zina,...
Dalam sepenggal kalimat ini saja sudah sangat jelas kok, mendekatinya saja sudah tidak boleh. Yuk, coba kita renungkan. Yang pacaran ada yang pacarannya tidak pakai embel-embel pegangan tangan, sayang-sayangan, memikirkan si dia sepanjang waktu, sampe mau makan mau tidur mau kemanapun selalu ada bayang-bayang si dia? Bahkan, shalat saja baru akan shalat kalau sudah ditanya, "Yank, kamu udah shalat?". Kalau tidak diingatkan, ya sudah dapat dipastikan, bablas. Sangat jelas. Pacaran itu sudah zina hati, zina mata, zina pikiran, zina lidah, zina kulit. Kalau yang kecil-kecilan sudah, tinggal zina besarnya deh! Na'udzubillahi min zalik!

Itu yang zina, lalu bagaimana dengan mudharat melupakan kewajiban kita menunaikan hak Allah SWT.? Lewat deh pasti, kan sudah ada si dia! Benar atau benar kalau pacaran itu banyak ngebohongin orang tua, membantah omongan orang tua?

"Pacaran kan untuk penyemangat!". Yakin tuh? Bukannya banyakan galaunya yah? Si dia tidak SMS 5 menit, galaunya berkepanjangan. Lihat si dia ngobrol sebentar sama perempuan/laki-laki lain, langsung kebakaran. Bahkan, si dia lebih mendengarkan keluarganya daripada menuruti keinginan dan ego langsung deh PERANG DUNIA KE 3! Apa manfaatnya?

Cinta setelah menikah itu nikmat, halal, ibadah pula! Masya Allah. Dari ujung rambut sampai ujung kaki itu tidak ada haram-haramnya sama sekali setelah Ijab Qabul mah. Malahan ibadah. Mau romantis-romantisan ibadah, mau berdua-duaan ibadah, mau pegang-pegangan ibadah, mau peluk-pelukan juga ibadah. Romantisnya pasangan yang sudah menikah itu bikin iri. Gombalnya juga ibadah, kan untuk menyenangkan hati pasangan. Indahnya.

Yang masih pacaran, udahlah putusin aja! Kalau tidak nikahkan. Tinggal pilih. Jangan modus "Ta'aruf atau Pacaran Islami". Apa sih yang tidak indah kalau dijalankannya di dalam jalan yang Allah ridha? Indahya.

Jumat, 08 November 2013

Ukhti, Sadarkah Seberapa Berharganya Dirimu?

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh..

Hai ukhti, apa kabarmu hari ini? Baikkah? Burukkah?

Bagaimanapun kabarmu, semoga Allah senantiasa melimpahkan ridhaNya di jalan yang kau lalui. Allahumma aamiin.

"Ukhti, sadarkah seberapa berharganya dirimu?"

Kalimat pertanyaan ini bukan hanya pertanyaan biasa. Wanita, diciptakan Allah SWT lebih berharga dari sebongkah berlian. Begitu mulia. Sadarkah? Surganya seseorang terletak di kakimu (tatkala kau menjadi seorang ibu). Kau adalah perhiasan dunia. Ketika kau menjadi anak yang shalihah, maka kau mengangkat derajat orang tuamu sejajar bersanding bersama Rasulullah SAW di surga nanti. Tatkala kau menjadi istri yang shalihah maka surga adalah janji Allah untukmu. Tatkala kau melahirkan anak manusia ke dunia, maka kau berjihad. Sampai sini, masih belum mengerti seberapa berharganya dirimu? Bersyukurlah kau tercipta sebagai wanita.

Tahukah engkau, bahwa Islam begitu memuliakan derajat kita sebagai wanita. Tahukah engkau, bahwa di masa jahiliyyah, wanita diperlakukan bagai binatang, sampah, menjadi budak yang sungguh tidak ada harganya. Namun Allah itu Maha Adil. Dia angkat derajat wanita setinggi-tingginya. Bahkan, begitu mulianya wanita, Dia menurunkan sebuah surah yang memiliki arti wanita : Q.S. An-Nisa. Dia jaga kehormatan wanita lewat Q.S. Al-Ahzab : 59, Allah SWT berfirman, yang artinya :
"Wahai nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mu'min, "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka". Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak mudah diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (Q.S. Al-Ahzab : 59)

Masya Allah! Lihat ukhti, begitu Allah sangat menjaga kita sebagai hamba yang dikasihiNya. Mari kita lihat, mengapa sih, kita harus mengulurkan jilbab kita?

1. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali. Di sini, jilbab merupakan identitas kita sebagai seorang muslimah, sebagai seorang wanita muslim. Jika kita membuka aurat kita, lantas apa beda kita dengan para wanita jahil?

2. Sehingga mereka tidak mudah diganggu. Lihat, bagaimana cara Allah SWT melindungi kita, ukhti? Begitu tingginya derajat seorang wanita diangkat oleh Allah SWT. Allah tidak ingin kita diganggu apalagi direndahkan. Bukankah wanita yang membuka auratnya terlihat begitu rendah? Lantas? Masihkah dengan senang hati membuka aurat sementara Allah sendiri dengan tegas memerintahkan kita semua (wanita) menutup aurat? Masihkah enggan?

Saya ingin bertanya kepada antum sekalian, cintakah engkau kepada kedua orang tuamu? Tahukah kamu, bahwa ketika enggan menutup aurat, kita sama saja mengukir dosa dicatatan amal kedua orang tua kita? Ketika keluar rumah tanpa menutup aurat terlebih dilihat oleh yang bukan mahram, setiap langkahnya kita sedang membangunkan bangunan untuk ayah di neraka. Na'udzubillahi min zalik. Ketika seseorang yang bukan mahram melihat kita tidak menutup aurat lalu syahwatnya naik, maka dia berdosa kitapun juga dosa.

Dan tahukah kamu, sebuah penelitian menyatakan bahwa ada beberapa laki-laki ketika melihat lekuk tubuh seorang wanita, maka mereka akan membayangkan hidup bersama dengan wanita tersebut selayaknya sudah menikah. Astaghfirullah.

Begitu banyak cara setan menghancurkan akhlaq manusia. Setelah membaca statement ini, masihkah antum memikirkan kecantikan itu adalah harus selalu dengan aurat terbuka dan lekuk tubuh kemana mana? Mulailah merenung.


Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Kamis, 07 November 2013

Dia Adalah Seorang yang Saya Sebut Ayah

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh..

"Dia adalah seorang yang saya sebut Ayah..."


Kenal sebutan ini? Tentu kita semua kenal, bahkan tak asing lagi. Ayah, Bapak, Papa, Abi, Papi, Pipi, Didi, Dady, Father, dan sebagainya. Kita tahu, kita kenal bahkan sangat melekat dalam kehidupan kita. Ayah, begitu pula saya menyebut sosok itu. Bagi saya, ayah bukan hanya sekedar pelengkap dalam hidup, bukan hanya sekedar wali saat saya menikah, tapi lebih dari itu. Ayah adalah bagian dari jiwa saya yang takkan ada penggantinya. Ayah, begitu saya memanggilnya.

Ayah itu berwatak keras, arogan, ambisius, tegas, galak, terkadang menyebalkan, suka mengatur "jangan ini jangan itu", dan saya suka kesal karena selalu saja diatur. Tapi sadarkah? Dibalik sikap menyebalkannya ayah, dia menyimpan cinta untuk puteri kecilnya dengan sangan rapi, besar, dan hati-hati. Entah, Allah membuat hatinya itu dari apa. dibalik kerasnya, prinsipnya, ayah memiliki hati yang begitu lembut. 

Teringat sewaktu saya kecil, ketika saya tertidur di rumah nenek, ayah dengan sangat lembut dan hati-hati menggendong, memapah saya untuk pulang ke rumah tanpa membangunkan. Ketika saya kecil, saya selalu dibawanya berpergian, dia menuntun saya dengan sangat erat, tak membiarkan puteri kecilnya bersentuhan dengan bahaya. Ketika saya mulai bosan, saya menuntut pulang. Ayah selalu bertanya, "Ia mau naik apa? Metromini apa angkot nak?" dan saya selalu menggelengkan kepala lalu lantas ayah menggendong tubuh kecil saya untuk pulang ke rumah dan berjalan kaki.

Ketika ayah pulang kerja, saya sudah tidur dan ayah selalu bertanya pada mama, "Ia mana? Ayah belum ketemu sama anakku yang satu itu." dan entah, saya selalu mendengar kalimat itu. Ayah selalu bilang belajar yang serius, betul-betul belajarnya, jangan pacaran, sukses dulu, dan selalu mengemukakan ambisinya kepada anak-anaknya. Jujur, saya jenuh mendengarnya. Tapi tahukah? Bahwa selalu ada kerinduan di hati mendengar kata-kata ayah yang sangat sering cerewet.

Ketika saya melakukan sebuah kesalahan. Ayah akan marah-marah. Namun, ada satu waktu tiba-tiba dia diam. Dan itu adalah kesedihan untuk saya. Ketika saya mulai beranjak remaja, Saya selalu pura-pura tidur di kamar. Dan ayah selalu berkata, "Anakku sudah besar.". Itu yang selalu ayah katakan. Dan saya hanya pura-pura tidak mendengar dengan mata terpejam.

Waktu semakin berlalu. Saya semakin tumbuh menjadi remaja. Namun ayah masih memperlakukan saya sebagai puteri kecilnya. "Ia jangan pacaran." dan saya baru mengerti, dibalik kalimat itu memiliki makna, (puteri kecilku yang manis, ayah hanya tak rela kau tersakiti oleh orang yang tidak baik, kau adalah harta ayah, maka ayah hanya ingin menjagamu sampai saat yang tepat). Itu yang saya lihat dari matanya.

Ketika sedang berhadapan dengan Allah, saya ingat ayah, saya menangis. Entah, saya tidak mampu mengukur sayangnya ayah pada puteri kecilnya. Karena sampai kapanpun, saya adalah puteri kecil ayah.

Saya hanya ingin menjadi puteri kecil ayah yanng terbaik. Allah begitu sempurna menciptakan segala sesuatu, atas segala sesuatu. Rahasia dibalik rahasia. Ayah bukan seseorang yang sempurna. Tak sehebat Rasulullah SAW dan para Sahabat. Tidak secerdas para ulama. Tapi, dia adalah ayah yang terhebat yang saya miliki. Karunia Allah saya temukan dalam dirinya. Seorang pria yang sudah tak lagi muda, dengan tatap mata tak lagi berbinar, yang tak lagi kuat memapah saya kemanapun, yang hanya bisa berdo'a untuk kebahagiaan saya, yang hanya bisa mengkhawatirkan keadaan saya lewat pesan singkat, yang selalu berkata, "Ia sudah dewasa kan? Jadi, ayah ndak perlu lagi marah-marah sama anak ayah yang sudah besar." dan saya berfikir.

Bagaimana bisa saya membenci laki-laki itu ketika dia mencintai saya lebih dari hidupnya sendiri. Saya tak pernah melihat dia menangis. Dia terlalu gengsi untuk itu. Hanya saya melihat matanya sudah mulai lelah. Dia ayah yang selalu membuat saya mengeluh, namun dia ayah yang paling saya kasihi. Di dalam arogan sikapnya, dia lebih lembut dari kapas, kerut wajahnya jelas menggambarkan hidupnya untuk saya dan keluarga, ambisinya jelas, dan larangannya selalu membuat pertanyaan yang pada akhirnya dijawab Allah.

Rindu. Mungkin itu kata yang tepat saat ini. Kembali melalui masa kecil yang keras namun penuh kasih, kenangan yang takkan bisa dibeli. bersama laki-laki pilihan Allah yang saya panggil, Ayah. Lewat sikap yang tak pernah bisa diduga, dia menangis dan berdo'a untuk bahagia puteri kecilnya.

Renungan untuk kita para puteri kecil ayah :

1. Pernah kita cium pipi ayah ketika hendak berpergian?
2. Pernah kita tidak menggerutu ketika ayah melarang kita atas sesuatu?
3. Pernah kita mendo'akan ayah?
4. Pernah kita sadar, bahwa ayah tidak setegap dulu, namun kita selalu saja menuntut tanpa mau mengerti?
5. Pernahkah sekali saja kita berkata, Aku Sayang Ayah?

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh..

Rabu, 06 November 2013

Allah SWT Menyadarkanku Lewat Berbagai Cara

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah mencurah limpahkan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua. Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang tiada hentinya memberikan syafa'at kepada umat muslim sepanjang zaman.

Saya bingung mulai pembahasan ini dari mana. Saya hanya seorang anak gadis yang terlahir dari keluarga biasa, sederhana, dan awam. Ya, awam sekali. Saya dibesarkan dengan tegas, bahkan keras. Saya lahir dan besar di keluarga yang beragama Islam. Namun belum kaffah. Saya belum banyak mengenal Islam saat itu. Yang saya pahami, saya adalah orang Islam. Hanya itu.

Singkat cerita, saya pindah tempat tinggal ke sebuah kota bernama Cikarang. Entah karena apa, saya dan keluarga pindah ke kota ini. Saya tidak mengerti bahkan sempat menyesal. Pendidikan lanjutan saya jalani di kota ini. Selama menempuh pendidikan, saya biasa saja. Dulu, saya sering lepas pakai kerudung. Saat SMA, saya ikut salah satu organisasi keagamaan di sekolah. Ketika itu, ada salah satu kegiatan organisasi yang dinamakan Ta'lim. Saya tidak paham, saat saya menjalani sungguh saya tak merasa nyaman. Alhasil, saya kabur-kaburan saat itu. Saya bukan salah satu anggota aktif di dalamnya. Saya justru jauh lebih tertarik ke organisasi Intra di sekolah saya. Saya mulai tertarik menjadi anggota aktif di organisasi keagamaan itu, semenjak saya di rekrut menjadi salah satu personil di tim marawis SMA. Tapi, tetap saja saya masih menjadi anak gadis yang biasa-biasa saja. Belum sepenuhnya paham dengan urusan agama. Yang saya mulai mengerti satu hal, menutup aurat itu wajib. Walau dulu hal itu terkadang masih saja saya langgar. Saya masih aktif dalam kegiatan di luar organisasi tersebut, bahkan sangat aktif. Saya senang sekali berargumen, dan saya memang besar menjadi anak yang keras.

Tahun 2012, tepat di bulan Mei saya dinyatakan Lulus dari SMA tersebut. Saya ikut tes masuk perguruan tinggi negeri, namun apa daya tak pernah lulus. Saya terus dan terus mencoba. Sampai pada akhirnya, saya berada di titik menyerah. Lantas saya memutuskan untuk bekerja di salah satu toko roti. Ya, sebuah toko roti menjadi penjaga toko. Selang sebulan setengah saya menjalani profesi itu, saya jenuh dan memutuskan untuk resign. Menjadi pengangguran selama satu setengah bulan, akhirnya saya mendapat pekerjaan di salah satu instansi pendidikan.

Di sini, kisah saya dimulai. Siapa yang tidak senang, suasana tempat kerja yang nyaman, dengan rekan yang sangat bersahabat bahkan seperti saudara. Beda rasanya. Di sini, saya menghadapi banyak orang, dengan berbagai karakter. Dan saya mulai mengenal seseorang yang membuat saya tersadar akan satu hal. Ya, bahwa wanita itu memang memiliki kedudukan yang terhormat. Ketika itu, usia saya masih 18 tahun.

Tahun 2013, di bulan Januari, di suatu malam. Ketika itu, saya ada keperluan dengannya, dan akhirnya dia berkata, "..... Maaf, sebenarnya saya keberatan. Tidak baik seorang akhwat berpergian tanpa seorang mahram......" mendengar kalimat itu, jujur saya sangat kaget. Hati saya lantas berdegup kencang, pikiran saya sudah tak tentu lagi, tidak ada rasa tersinggung, justru takjub dengan kata-katanya. Saya sangat merasa terhormat. sebagai seorang akhwat, bukan hanya perempuan biasa. Dan saya memutuskan satu keputusan besar dalam hidup saya, yang lantas membuat orang-orang sekitar saya kaget. Berjilbab. Memang saya masih belum paham betul ilmunya, namun itu yang saya putuskan. Pelan-pelan saya mencari tahu. Sulit. Tapi, saya belajar saja. Terlebih saya bukan seorang pendiam. Butuh waktu bagi saya untuk merubah diri.

Perlahan, saya mulai mencari apa itu Islam secara kaffah. Mulai searching internet, bertanya kepada yang lebih paham, dan masih banyak lagi. Alhamdulillah, Allah lantas memudahkan jalan saya. Saya mulai menjalani Ta'lim dan Liqo. Entah, seperti jiwa saya kembali hidup setelah saya mencoba menghidupkan kebutuhan ruh saya. Allah, cinta yang luar biasa. Masya Allah.

Tidak mudah menjalankan ini. Banyak hal yang bertentangan dengan apa yang saya jalani saat ini. Tapi ini jalan hidup pilihan saya. Saya meminta kepada Allah, selalu saja permintaan saya dikabulkan. Ketika saya salah, saya selalu ditegur dengan berbagai cara. Mulai dari yang halus, sampai yang agak keras. Ya, sangat sangat terasa. Alhamdulillah.

Mulai dari seorang adik, kakak, bahkan orang yang tidak saya kenal. Allah menegur saya, saat mulai melenceng dari apa yang seharusnya.

Sekian cerita dari saya, semoga ini senantiasa menjadi salah satu alarm, bahwa Cinta Allah itu ada dimanapun, dan untuk hambaNya selalu.

Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.