Tuhan selalu mengajarkan dan membenamkan di dada kita cinta dan kita selalu merasa bahagia akan hal tersebut. Tapi kadang kita lupa bahwa pada setiap harapan menjadikan kita berpikir mendahului Tuhan. Padahal semua bisa berubah dengan sangat mudah atas kehendak-Nya. Lagi dan lagi, Dia mengangkat kita untuk kembali mengingat bahwa tiada cinta yang menyamai-Nya. Yang ada hanya mencintai karena-Nya.
Ah, Ad. Aku bingung harus bicara dari mana. Segalanya kutahu tak mudah bagi kita. Cinta yang kita punya hanya seperti ilusi. Atau cinta yang kupunya. Kau masih bisa berjalan ke arah hati mana pun yang kau kehendaki, sementara aku masih bertahan mencintaimu dan menutup jalan bagi sisapapun untuk masuk. Apakah ini sebuah dosa? Lantas bagaimana keadaan Laila dan Majnun saat ini? Aku tahu, tidak semua cinta bisa memiliki tuannya. Tapi aku masih bisa berdo'a kan? Dan kini aku telah berada pada titik pasrah.
Setiap kali kumulai pasrah, Tuhan selalu membuat kita berjumpa dalam do'a juga suara. Aku mencintaimu, kuharap Tuhan merestui ini karena-Nya.
Takdir kita berbeda. Kita hidup dalam keadaan berbeda. Aku dengan kehidupanku yang gelap, sementara kau berjalan dalam cahaya yang terang benderang. Oh, cintaku yang tak direstui keadaan. Sampai kapan kita hanya menyatakan ini lewat kata-kata? Entah, aku pun tidak bisa memastikannya. Kita terjebak dalam cinta yang lebih indah dari siapapun yang pernah memilikinya. Lantas siapa yang akan kita salahkan? Tidak ada, sayang.
Setidaknya melalui tulisan ini aku bisa menceritakan perasaan yang tidak pernah bisa aku ungkapkan di hadapanmu atau siapapun, sebab tidak akan ada yang mengerti cintaku dan rasa cemburuku ketika kau membicarakan perempuan lain. Aku mencintaimu begitu saja. Jika kelak kau memang takdirku, maka akan kuceritakan pada anak-anak kita kelak bahwa cinta yang kita punya harus dijaga sebaik-baiknya.
Nuzulia, 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar