"Aku dan dia berbeda, sangat berbeda. Aku mencintainya dengan kesadaran penuh bahwa dia adalah orang baik-baik sementara aku bukan. Tapi aku mencintainya dan dia masih bagian dari alasanku berdo'a."
Kami berbeda. Bukan soal agama. Tapi tidak terlepas dari kami menjalaninya. Dia adalah lelaki yang terlahir dari keluarga baik dan agamis, dibesarkan di lingkungan yang baik, bahkan di salah satu pondok pesantren ternama di Indonesia. Sementara aku besar di lingkungan yang biasa saja dan besar dengan pendidikan pada umumnya.
Aku mengenalnya sebentar saja. Belum terlalu lama, tapi Tuhan begitu erat menanamkan wajahnya di benakku. Dia adalah lelaki yang tidak biasa. Dia sangat mengagumkan bagiku. Aku mencintainya. Dia mengajarkanku banyak hal, yang utama adalah berdo'a. Dia seperti keyakinan baru setelah hilang keyakinanku dalam waktu yang lama, di masa lalu.
Tapi aku dan dia tidak pernah tahu bagaimana takdir menuliskan nama kami. Aku masih belum memastikan hal itu. Bahkan kelakuanku saja belum baik. Sementara jika aku ingin meminta dia kepada Tuhan, aku harus menjadi perempuan yang baik terlebih dahulu.
Dia adalah lelaki berpendidikan. Lulusan S2 di salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Tentu saja akan banyak perempuan hebat yang ingin menjadi pendamping hidupnya sebab dia adalah lelaki yang berkualitas. Tapi aku tidak pernah mau tahu hal apapun kecuali bahwa aku mencintainya saat ini dengan alasan bahwa aku mencintainya.
Bagiku, cinta adalah sesuatu yang fitrah, dasar dari hidup manusia. Keabadian yang tidak pernah bisa diungkapkan dengan lisan. Tuhan yang telah menganugerahkannya. Begitupun aku kepadanya.
Jika Tuhan memperkenankan aku bersamanya, aku sangat bersyukur dan bahagia. Menjadi bagian dari hidup dan kebahagiaannya. Jika Tuhan tak memperkenankan aku bersamanya, aku hanya akan terus berdo'a dia bahagia dengan siapapun yang mencintai dan dicintainya.
Salam sayang,
S.N.R.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar