Jumat, 17 November 2017

Tuan dan Tuhan Kurelakan

Tuan dan Tuhan telah kurelakan sejak kujejaki pahit rasa dari sebuah kehilangan. Tak akan ada yang memahami, ini hanya soal hati katanya. Siapa yang bisa membaca takdir kemudian menuliskan dalam buku, blog, atau artikel. Atau membuat status di beranda media sosial.  Cinta bisa dibangun kapan saja. Yang pertama adalah restu Tuhan. Ya, aku mengerti. Bagiku, tanpa cinta seseorang atau sepasang hanya kekosongan.

Kadang aku ingin bertanya pada siapapun yang bicara soal kebaikan, apa yang lebih baik selain daripada mengunci kebaikan itu sendiri? Atau kepada siapapun yang mengemukakan cinta hanya milik orang-orang baik, apa aku tidak boleh menjadi orang baik melalui caraku mencintai. 

Pernikahan adalah mimpi dari hampir semua perempuan, termasuk aku. tapi sepertinya mimpi itu harus kukubur lagi. Dan aku sudah tidak ingin membicarakannya lagi. Sampai Tuhan menarikku kembali ke pelukan-Nya. Dan saat ini aku tak akan memaksa Tuhan agar cintaku kembali. Biarlah kuikuti apa mau-Nya. Aku hanya bisa taat dan rela. Itu saja.


Siti Nuzulia Regar, 2017

Kamis, 28 September 2017

Surat Cinta Untuk Ad

Tuhan selalu mengajarkan dan membenamkan di dada kita cinta dan kita selalu merasa bahagia akan hal tersebut. Tapi kadang kita lupa bahwa pada setiap harapan menjadikan kita berpikir mendahului Tuhan. Padahal semua bisa berubah dengan sangat mudah atas kehendak-Nya. Lagi dan lagi, Dia mengangkat kita untuk kembali mengingat bahwa tiada cinta yang menyamai-Nya. Yang ada hanya mencintai karena-Nya.

Ah, Ad. Aku bingung harus bicara dari mana. Segalanya kutahu tak mudah bagi kita. Cinta yang kita punya hanya seperti ilusi. Atau cinta yang kupunya. Kau masih bisa berjalan ke arah hati mana pun yang kau kehendaki, sementara aku masih bertahan mencintaimu dan menutup jalan bagi sisapapun untuk masuk. Apakah ini sebuah dosa? Lantas bagaimana keadaan Laila dan Majnun saat ini? Aku tahu, tidak semua cinta bisa memiliki tuannya. Tapi aku masih bisa berdo'a kan? Dan kini aku telah berada pada titik pasrah.

Setiap kali kumulai pasrah, Tuhan selalu membuat kita berjumpa dalam do'a juga suara. Aku mencintaimu, kuharap Tuhan merestui ini karena-Nya. 

Takdir kita berbeda. Kita hidup dalam keadaan berbeda. Aku dengan kehidupanku yang gelap, sementara kau berjalan dalam cahaya yang terang benderang. Oh, cintaku yang tak direstui keadaan. Sampai kapan kita hanya menyatakan ini lewat kata-kata? Entah, aku pun tidak bisa memastikannya. Kita terjebak dalam cinta yang lebih indah dari siapapun yang pernah memilikinya. Lantas siapa yang akan kita salahkan? Tidak ada, sayang.

Setidaknya melalui tulisan ini aku bisa menceritakan perasaan yang tidak pernah bisa aku ungkapkan di hadapanmu atau siapapun, sebab tidak akan ada yang mengerti cintaku dan rasa cemburuku ketika kau membicarakan perempuan lain. Aku mencintaimu begitu saja. Jika kelak kau memang takdirku, maka akan kuceritakan pada anak-anak kita kelak bahwa cinta yang kita punya harus dijaga sebaik-baiknya.


Nuzulia, 2017

Sabtu, 16 September 2017

Kecewa

Takdir bisa diubah dengan do'a. Hanya saja dia masih anak-anak yang belum banyak mengerti banyak keadaan yang terkadang tidak sesuai. Dia adalah anak yang kecewa dengan takdirnya. Tapi dia masih bisa tertawa.

"Kamu kok enggak semangat?" Aku bertanya seraya mendekati anak itu. "Aku semangat, Bu. Nih, aku semangat." Aku tersenyum. 

Di rahim ibunya, terdapat seorang calon bayi laki-laki. Hanya saja hal itu tidak membuatnya bahagia. Anak itu menginginkan adik perempuan. Tapi dia memilih diam dan tetap bermain sebagai anak-anak. 

Anakku, kesederhanaan yang mengajarkan aku banyak hal. 


-Nuzulia-

Kamis, 14 September 2017

Zalim

Ya Tuhan, jangan jadikan aku wanita yang zalim terhadap siapapun, terhadap apapun. Aku ingin menjauh dari segala yang menyakitkan yang akan membuatku menjadi wanita zalim. Aku ingin menjadi wanita seperti Maryam, Khadijah, Fatimah, Hajar, Aisyah, Rabiatul Adhawiyyah, dan Asiyah. Wanita-wanita mulia yang sangat dicintai oleh-Mu.

Aku penuh dosa, tidak ada yang bisa kuhindari. Aku adalah wanita yang lemah. Lemah dari segala yang membuatku terjerumus pada lembah kenistaan. Yang mampu mengangkatku hanya Engkau, menarikku dari segala keterpurukanku.

Allah, Tuhanku Yang Maha Bijaksana. Jangan biarkan aku menjadi wanita hina yang dihinakan di hadapan-Mu. 


-Nuzulia-

Rabu, 13 September 2017

Perpindahan Terbaik

Perpindahan terbaik adalah perpindahan seorang hamba menuju Tuhannya. Dari sebuah titik kejahilan, ketergantungan terhadap manusia, harta, maupun tahta. Hidayah adalah tentang hak Tuhan secara mutlak. Namun, bisa dijemput dengan keinginan kuat. Ketika hidayah datang, sambutlah dengan suka cita. Perpindahan terbaik tidak akan menempuh jalan yang mudah. Tapi jalan yang dilalui akan sangat berliku. Kepedihan yang tidak akan ada habisya. Nikmat bila disyukuri, sesakit apapun.

Cinta adalah yang terindah dari Tuhan. Terlebih ketika dijalani dengan suka cita untuk-Nya dan karena-Nya. Tidak ada kebahagiaan melainkan hal itu.

Aku pernah menjadi manusia paling berharap pada selain Tuhanku. Tapi dia selalu menggenggam tanganku ketika aku kecewa terhadap harapan. Dia cemburu. Dia tak ingin aku mencintai yang lain melebihi-Nya. Hanya aku dan Dia, Tuhanku. 

Beruntung bagi siapapun yang hidup dan bernapas bersama-Nya. Menyenangkan ketika menjadi hamba yang senantiasa memiliki keterikatan dengan-Nya.

Cinta membuat aku tersenyum lebih lama bahkan selamanya. Bersama Tuhan yang begitu aku cintai.


Nuzulia, 2017

Selasa, 12 September 2017

Mencintai Kehidupan

Mencintai kehidupan adalah hakikat. Tidak seharusnya menyerah tanpa do'a dan usaha. Hanya saja ada kalanya harus pasrah. Hidup adalah aku dan Tuhan, dan cinta karena-Nya. Yang lain semu. Sementara waktu berputar seperti roda yang berjalan cepat. Tak terasa dan terkadang sia-sia. Aku pernah berharap kemudian bersedih dan hancur. Tidak ada yang mampu merasakan atau bahkan tidak akan ada yang ingin sepertiku. Tapi Dia, memeluk begitu erat dan mengajakku untuk kembali berdiri. 

Tuhanku, Cintaku. 


Nuzulia, 2017

Sabtu, 26 Agustus 2017

Bahagiamu Bahagiaku

Aku tahu kita berada dalam keadaan yang tidak mudah. Segalanya terjadi begitu saja. Ini adalah takdir. Aku tidak ingin memaksakan hatimu tetap bersamaku. Kini aku hanya ingin diam dan berdo'a dalam kesepian-kesepianku. Kamu harus bahagia, kekasihku. Jangan jadikan aku beban dalam kehidupanmu. Aku hanya ingin menjadi tawa dan kerianganmu setiap kali kamu merasa sendiri.

Cintaku, berjanjilah untuk selalu baik-baik saja. Dengan atau tanpa hadirku di sisimu. Aku mencintaimu begitu saja. 


Nuzulia, 2017

Senin, 10 Juli 2017

Kehilangan (Lagi)

Kehilangan sudah seperti sahabat saja bagiku. Tidak ada yang tahu bagaimana menghadapi kehilangan demi kehilangan (lagi). Semua seperti sudah terlalu menjadi sebuah kebiasaan. Telah begitu lelah bersedih. Sementara segalanya kuserahkan pada keadaan.

Kehilangan seorang sahabat dan kekasih sekaligus adalah kehilangan yang luar biasa. Mungkin sebab aku terlalu banyak kesalahan pada Tuhan, sehingga Tuhan mengambil mereka untuk pergi dari hidupku. Selain mama, aku tidak tahu lagi kepada siapa aku harus mengutarakannya.

Kekasihku yang baik hati memilih untuk tidak bertahan sebab kami adalah ketidakmungkinan yang nyata. Dia akan menikah dan bahagia hidup dengan wanita lain di sisinya, bukan aku. Membayangkannya saja selalu terasa berat. Tapi aku telah merelakannya, jauh sebelum dia memutuskan untuk benar-benar pergi. Dia adalah kekasih yang baik, aku beruntung pernah mengenalnya.

Dalam waktu yang bersamaan, sahabatku juga memilih pergi dan seolah tak mengenaliku lagi. Entah, mungkin terlalu banyak kekecewaan yang aku lakukan sehingga dia memilih untuk kembali pada keadaan tidak mengenalku sama sekali. Dan ini yang paling menyedihkan. Dia adalah seseorang yang selalu memegangku ketika aku terjatuh dan seolah lumpuh. Dia yang tidak pernah berpamrih untuk bersahabat denganku. Dia adalah seseorang yang begitu tulus. Bersamanya aku seperti menemukan kehidupan yang lain yang tak pernah ingin kubagi dengan siapapun. Tapi kini dia telah pergi jauh dan semakin jauh. Rasanya ingin menangis saja.

Untuk kekasihku yang baik hati, semoga pada perjalanan cintamu yang hakiki kamu jauh lebih bahagia dari banyak rencana yang pernah kita bangun bersama.

Untuk Akak, sahabatku yang baik, bahagia selalu ya di manapun berada. Aku selalu bersama Akak dalam do'a dari jarak terjauh.


Salam,
Nuzulia

Minggu, 23 April 2017

Catatan Untuk Tuhanku

Kau tahu Tuhan, tak ada yang mampu menguatkan aku selain-Mu. Tidak ada. Kau yang memberi aku hidup, Kau memberi aku bahagia, Kau menganugerahkan aku perasaan yang jika sakit Kau pula yang memberi penawar atasnya. Oh, Tuhan. Aku tak meminta apapun lagi selain beri aku kekuatan dan kebahagiaan. Aku lelah mengeluh, dan aku yakin Kau pun lelah mendengar keluhanku. Kau selalu ada untukku, untuk menemaniku. Aku tahu itu. Tak ada yang lain, sungguh tak ada. Aku ingin ikhlas, melepas segala kelaraanku. Aku ingin bebas dari belenggu perasaanku, dari rasa sakit dan luka mendalam. 

Kau adalah Tuhanku yang sangat baik. Tak ada yang seperti-Mu. Memelukku dan senantiasa menarikku untuk tidak larut dalam tipu daya. Kau selalu mencintaiku. Aku tidak pernah tahu bagaimana aku membalas cinta-Mu. Kau selalu tahu bagaimana cara memelukku. Kau selalu tahu itu. 

Tuhanku, aku mencintai-Mu, sangat mencintai-Mu.

Selasa, 18 April 2017

Menciptakan Bahagia dan Diam

Bahagia itu diciptakan, kemudian diam. Sebab tidak semua hal harus dibicarakan, sekalipun itu sebuah kebahagiaan.

Kamis, 16 Maret 2017

Jika Membaca Ini

Allah menulisakan segalanya tentang takdir yang terjadi hari ini. Siapa yang bisa menolak? Aku pun tidak bisa menolaknya. Setiap pertemuan, perasaan, dan perpisahan. Aku hanya bisa menjalani, bahagia, atau bersedih menerimanya. Tapi semua hal harus disyukuri. Allah selalu memiliki cinta untuk setiap hamba. Tanpa terkecuali. Aku ingin menulis apapun yang ada di dalam hatiku saat ini. Bukan sekadar apa yang ingin aku ucapkan, tapi banyak hal yang tidak bisa kuutarakan.

Aku tahu bahwa segala yang terjadi adalah bagian dari takdir. Tapi percayalah, aku tidak pernah menyukai segala hal yang berbau perpisahan dan kehilangan. Itu bukan hal yang menyenangkan. Kenyataan pahit yang mau tidak mau harus diterima. 


Nuzulia, 2017

Selasa, 14 Maret 2017

Menyengajakan Patah Hati

Seperti bermain-main dengan luka dan rasa sakit, seperti tidak bosan menghadapinya, seperti tidak mempunyai ketakutan, seperti tidak mengalami kelelahan. Aku, perempuan yang patah hati.

Siapapun yang pernah terluka akan semakin kuat dari lukanya, semakin tangguh dari rasa sakitnya. Aku lelah, sangat lelah berurusan dengan kehilangan demi kehilangan. Luka demi luka. Hati yang patah berkali-kali (lagi). Tapi aku bisa apa, takdir yang memintaku. Dan aku hanya harus merasa selalu baik-baik saja. 

Semesta berkata bahwa aku perempuan yang kalah. Atau lebih suka mengalah. Menghadapi rasa sakit bertubi-tubi dan tersenyum, melupakan semua sayatan. Sementara, aku hanya ingin bahagia. Aku lelah menangis.

Segala yang kulakukan seolah-olah "menyengajakan patah hati". Menghadapi ketakutan terbesarku dan berpura-pura kuat. Kemudian dari kejauhan aku hanya mampu melihat kebahagiaannya tanpaku. Dan aku harus merelakannya. Menyengajakan patah hati lagi dan lagi. Tanpa peduli betapa besar hatiku telah koyak dan rusak. Aku hanya ingin berdoa, mencintai, dan berpura-pura merasa baik-baik saja.

Aku baik-baik saja.

Nuzulia, 2017

Senin, 13 Maret 2017

Mengikhlaskan Cinta

Saya mencintai seseorang, tapi saya harus mengikhlaskannya demi kebaikan. Kadang ada yang harus diperjuangkan dan ada yang harus dilepaskan. Mungkin ini takdir kami, tidak harus dipersatukan meskipun cinta berdiri kokoh di antara kami. Saya harus merelakan dia bahagia dengan orang lain, karena Allah. Allah-lah yang menulis kisah kami. Takdir kami mencintai cukup sampai di sini. Hingga nanti, Allah cukupkan kami dengan kebahagiaan masing-masing, atau dipersatukan dengan cara lain.

Restu, kami bisa apa? Tidak ada yang bisa saya paksakan. Saya hanya bisa merelakan. Selebihnya terserah Allah mau apa. Saya hanya bisa berusaha bahagia dan berdoa untuk kebahagiaannya. 

Saat ini, cinta yang saya lepaskan hanya saya yakini terbang dan menjadi bunga di surga. Saya yakin Allah punya kehendak tebaik-Nya. Dengan siapapun saya nanti, jodoh atau kematiankah yang akan menjemput saya lebih dulu.

Terima kasih Allah-ku. Aku mencintai-Mu.

Nuzulia, 2017

Selasa, 28 Februari 2017

Menjadi Seorang Guru


Menjadi seorang guru itu kelihatannya mudah, hanya tidak pernah semudah yang dibayangkan. Bukan soal perangkat administrasi yang dibuat, lebih dari itu tanggung jawab atas akhiratlah yang lebih besar dari segala administrasi tersebut.

Saya mengajar di sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan tempat mengaji di rumah. Anak-anak memiliki karakter berbeda dan tidak bisa diperlakukan sama satu persatu. Ada yang penurut, ada pula yang lebih suka melakukan sesuatu sesuai kehendak hatinya. Mereka memiliki keistimewaan masing-masing. 

Akhlak adalah yang utama. Siapapun pasti tidak ingin anak-anak yang dididiknya menjadi hancur akhlaknya. Sekuat tenaga kami para pendidik menanamkan nilai-nilai kebaikan di dalamnya. Nilai ketuhanan yang utama. Apapun hasilnya kelak, mereka akan menjalankannya atau mengabaikan kami. Tapi ini bagian dari perjuangan.

Pendidikan bukan hanya bagian dari pelajaran Matematika, Ilmu Pengetahuan, atau Bahasa dan lainnya. Tapi pendidikan adalah nilai-nilai yang diberikan seputar kehidupan dan tatanan akhlak. Dan anak-anak hanya mengerti tentang mengimitasi, mengikuti, mendengarkan, atau bahkan tidak peduli atas apa yang diberikan kepada mereka. Tapi ini semua tantangan yang harus kami hadapi.

Memiliki anak yang banyak bicara, mengikuti segala yang dilihatnya baik itu positif atau negatif, anak yang suka berkelahi, atau keras dalam menerima banyak nasehat, dan masih banyak karakter anak yang tidak bisa diduga. Sementara menjadi seorang guru tidak pernah semudah katanya. Dan saya bersyukur ditakdirkan menjadi seorang guru, sebab saya bisa memberikan kasih sayang dan menanamkannya kepada seluruh anak-anak saya.



Salam, 
Siti Nuzulia Regar

Selasa, 21 Februari 2017

Kehilangan (Lagi)

Kehilangan memang tidak pernah menyenangkan. Peristiwa paling menyedihkan selepas pertemuan. Ya Allah, mengeluh tidak boleh tapi sedih juga rasanya. Kehilangan seorang sahabat yang menemani perjalanan hijrah itu menyedihkan. Ternyata lebih menyedihkan dari kehilangan seorang kekasih. Aku menyayanginya karena Allah, sebab itu ketika dia pergi rasa hati ada yang kosong.

Dia adalah seorang yang menemani penghijrahanku. Seseorang yang tidak pernah berhenti mendo'akan dan menyemangatiku di perjalanan, ketika hampir semua orang menolak langkahku. Dia di Malaysia. Tak ada kehilangan yang menyedihkan setelah kewafatan orang tercinta, selain kehilangannya. Sahabat yanng Allah kirimkan untukku kala itu. Aku mencintainya, sahabatku yang baik, karena Allah. Dia sahabat yang luar biasa sabar menghadapi seluruh ceritaku, sikapku yang kadang menyebalkan. Aku telah kehilangannya entah sebab apa. Belakangan dia berubah. Aku merindukan dia yang kukenali, sekalipun kami tidak pernah bertemu. Tapi aku takut mengatakannya. Rasanya sangat tidak pantas. Dia terlalu terhormat bagiku. Lagipula aku paham, suatu ketika kami akan saling membatasi. Karena Allah. Perkenalan karena-Nya,, perpisahan pun begitu. 

Sahabat yang selalu meyakinkanku untuk terus mencari cinta Allah, berjalan lurus dalam penghijrahan. Saat itu dia tidak pernah alpa menjadi pendengarku dan menasehatiku saat aku lalai.

Kak, dimanapun Kakak, jangan lupakan Lia. Kakak jaga kesehatan ya. Jaga diri baik-baik. Berkah selalu untukmu Kak. Semoga Allah bisa mempertemukan kita kelak, sekalipun Lia hanya bisa lihat Kakak di kejauhan. 

Untuk Kak H.G. yang baik hati. Dari Lia

Indonesia-Malaysia.

Selasa, 07 Februari 2017

Perempuan Terhormat

"Lelaki terhormat adalah lelaki yang menjaga kehormatan perempuan." (Edwar Maulana)
"Perempuan terhormat adalah perempuan yang mampu menjaga kehormatannya dan orang-orang yang dicintainya." (Siti Nuzulia Regar)

Kali ini saya akan menulis tentang perempuan terhormat dan kehormatan-kehormatannya. Saya tidak membicarakan diri saya sendiri atau siapapun, saya hanya ingin membagi banyak perasaan tentang kehormatan. Kehormatan seorang perempuan dalam arti luas, bukan hanya tentang hal-hal yang dianggap tabu.

Di belahan dunia manapun, tentu saja perempuan yang mampu menjaga kehormatannya akan dengan sendirinya diangkat kemuliaannya oleh Allah Ta'ala. Mulai dari bersikap, bertutur kata, cara menghadapi orang lain, dan masih banyak lagi. Kemuliaan perempuan akan naik tatkala perempuan itu menjaga dirinya sendiri. 

Saya takjub melihat banyak perempuan di luar sana yang mampu menjaga kehormatan dan hakikat dirinya sebagai seorang perempuan. Guru saya pernah berkata bahwa perempuan itu dilahirkannya ke dunia pun sudah fitnah. Tinggal memilih, mau jadi sebesar-besar fitnah atau sebaik-baik perhiasan. 

Saya mengagumi banyak sosok perempuan di dunia ini. Yang pertama tentu saja ibu saya tercinta. Selebihnya tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Saya melihat mereka dari sudut pandang yang tidak pernah dimiliki orang lain. Dalam diri perempuan yang sederhana dan banyak diam tentunya. Saya ingin menjadi seperti mereka. Tapi saya tidak bisa.

Kebahagiaan terbesar bagi seorang perempuan adalah ketika tangannya mampu menggenggam cinta Allah dengan penuh. Maka, dengan langkah pelan saya ingin menuju-Nya, menggenggam cinta-Nya.


Nuzulia, 2017

Jumat, 27 Januari 2017

Mengulang Perpindahan

Aku memulai cerita ini dengan perasaan yang campur aduk. Bahagia, sedih, kecewa, senang, cinta, kekaguman, dan masih banyak lagi. Tidak ada yang sepenuhnya menggambarkan isi hatiku. Aku telah mengulang perpindahanku. 2013 lalu adalah awal dan aku pernah terjebak dalam skenario Tuhan yang berbeda hingga saat ini aku memilih kembali dan lebih mendekat lagi.

Sejak beberapa kehilangan kualami, aku telah benar-benar kehilangan diriku yang utuh. Aku hanya mengenal kesedihan dan banyak penyesalan. Dan saat ini aku telah memilih pulang, dengan tanpa wajah yang utuh. Aku adalah kehinaan yang memilih membebaskan diri daripadanya. Tuhan bukanlah pilihan. 

Allah, Tuhanku. Dia yang menuntunku. Ketika aku salah, Dia langsung menegurku. Dia mengirimkan aku banyak guru kehidupan. Kehilangan (lagi) salah satunya. 

Setelah aku hijrah kemudian pergi mencari diriku yang lain, aku jatuh dan berdiri. Ditopang oleh seseorang yang bersamanya aku kembali membangun mimpi-mimpiku. Kemudian Allah-ku cemburu dan melepaskan ikatan kami. Kami tidak jadi mewujudkan mimpi itu. Aku yang saat itu hanya bisa menangis kemudian Dia tak pernah melepaskan pelukannya di tubuhku lebih dalam lagi di hatiku. Dia masih terus bersamaku setelah sebuah kepergian cinta yang tentu kutahu tidak pernah kekal.

"Allah-ku hanya ingin aku hidup bersama cinta-Nya dan cinta yang direstui oleh-Nya. Siapapun itu. Dia ingin membahagiakanku dengan cara paling indah. Aku tahu itu. Dia begitu mencintaiku. Allah-ku sangat mencintaiku."

Waktu berlalu, aku telah lama memiliki keinginan menutup diri dari mata banyak orang. Hingga suatu ketika hatiku begitu kuat untuk bercadar. Berat, sangat berat. Puluhan pasang mata menatapku aneh. Bahkan kawan, guru, dan kedua orang tuaku. Dan aku meyakini mereka bahwa aku baik-baik saja. Bercadar bukan sebuah momok yang menakutkan. Lagi, aku ingin mempersembahkan surgaku bagi orang-orang terkasih dalam kehidupanku.

Perjalanan pilu lainnya adalah ketika menyadari banyak orang tua yang memiliki putera dan berat mengadopsi menantu seorang perempuan bercadar. Entah apa yang menjadi dasar, dan penolakan pertama semakin memperkuat penolakan kedua. Ini ujian. Allah-ku tidak pernah meninggalkanku. Setiap kali aku merasa begitu sedih dan sendiri, Dia selalu saja tahu cara membuatku tersenyum. Dia tidak ingin aku jatuh lagi ke dalam keadaan yang membuat-Nya cemburu, keadaan yang salah. Dia menuntunku.

Aku memiliki mimpi yang sedang kupendam saat ini. Cukuplah menjadi rahasia Allah-ku, dan aku menikmati cinta-Nya tanpa harus aku merasa bersedih berkepanjangan. Aku bersyukur, Allah-ku membawaku pada titik ini dan memperkenalkanku pada dunia dan seseorang yang baru dalam kehidupanku. Dia seperti diperintahkan Allah untuk membuatku semangat. 

"Semoga istiqomah ya Lia."

Terima kasih, Kak. 

Allah, aku mencintai-Mu. Tetaplah cintai aku dan berada tepat di hatiku. Cinta-Mu adaah detak jantung dan aliran darahku. Aku mencintai-Mu.

Selasa, 24 Januari 2017

Sahabat Baru, Semangat Baru

Aku tidak tahu harus mulai ini dari mana. Yang aku pahami, saat ini aku adalah perempuan paling bahagia di dunia. Terlepas dari siapapun yang sedang begitu bahagia sepertiku. Aku memiliki kisah baru, sahabat baru, dan semangat baru. Sahabatku itu begitu menyenangkan dan lucu. Aku suka berkawan dengannya.

Dia adalah orang biasa. Tapi dari caranya menyemangatiku, dia adalah seseorang yang sangat istimewa. Dia sudah lebih dahulu ada dalam tulisan-tulisanku sebelum ini. 

Adalah sesuatu yang tidak pernah bisa diduga siapapun. Segalanya begitu cepat dan Tuhan mengobati luka hatiku dengan kebahagiaan lain yang begitu memukau. 

Kak, terima kasih sudah berkenan menjadi bagian dari kisah hidupku yang baru. Kelak jika kita bertemu, akan banyak yang aku ceritakan padamu. Terima kasih banyak.


Nuzulia, 2017