Selasa, 08 November 2016

Curhat

Sepertinya ingin menangis saja. Tuhan terlalu mencintaiku sungguh. Ternyata menuju baik itu tidak pernah mudah. Perasaanku habis terkuras, air mataku juga. Aku kadang lelah, ingin menyerah saja. Tapi aku terlalu percaya pada cintaku terhadap apapun itu, terhadap siapapun.

Harapan, hanya itu mungkin yang tepat melukiskan luka dalam dadaku. Aku terlalu berharap. Sehingga aku tidak dapat meninggalkan apapun yang begitu aku cintai, yang begitu aku harapkan.

Kadang rasanya ingin mati saja, membunuh diriku sendiri dan segalanya. Ah, bodoh. Hanya karena cinta yang tak sampai aku patah hati sepatah-patahnya. Tidak tahu ini akan berakhir kapan, tentu saja ini akan cukup lama. Aku harus menunggu atau pergi aku tidak tahu. Sementara yang begitu aku cinta sudah benar-benar tidak menginginkan aku muncul di hadapannya. Aku bingung.

Aku masih mengharapkan kedatangannya, tapi aku mengerti dia tidak akan pernah datang. Kini aku hanya perempuan Tuhan yang berkali-kali merasa sangat rapuh, sementara aku tidak tahu apa yang dia rasakan saat ini.

Aku mencintainya, maafkan aku Tuhan. Aku masih begitu mencintainya. Tidak ada yang tahu akan hal itu. Dalam hatiku masih namanya yang melekat. Aku masih belum bisa meluruhkannya dalam hujan. Masih belum bisa. Dan tidak ada yang mengerti kecuali Engkau, Tuhanku.

Mungkin aku bodoh. Aku hanya seorang perempuan yang patah hati dan begitu percaya pada perasaanku sendiri. Padahal harapanku kosong, sudah mati. Dibunuh keadaan atau diriku sendiri.

Aku tidak ingin mengeluh. Aku hanya cerita, aku hanya curhat. Aku adalah perempuan yang kalah dengan perasaan. Tapi aku percaya bahwa tidak ada yang bisa menyalahkan perasaan. Aku ingin menangis. Entah menangis di mana. Aku ingin sendirian saja. Tanpa kawan, tanpa teman.

Aku ingin menghabiskan perasaanku seorang diri. Setelahnya aku ingin lepas dari apapun yang kunamai luka. Saat ini aku hanya sedang mencintai, jika itu sebuah kesalahan maka aku tidak ingin cepat memperbaikinya. Jika mencintai dia adalah kebodohanku hari ini, biarlah aku menjadi perempuan yang benar-benar bodoh.

Kelak saat dia membaca ini, mungkin aku sudah pergi atau sudah mati. Biarlah, setidaknya aku bisa menuliskan sesuatu. Meskipun itu sebuah kesedihan yang seharusnya kupendam sendiri. Cukup aku dan Tuhan saja.


Salam sayang,

S.N.R.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar