Pagi ini aku bersiap mengajar. Kulihat handphone sejenak, telepon berdering. Aku sedikit kaget melihat telepon dari dia. Lelaki yang masih begitu dahsyat menguasai perasaanku saat ini. Kuangkat teleponnya. Kami membicarakan hal yang tidak berhubungan dengan rasa cinta, hanya apapun yang seharusnya diselesaikan, mungkin. Meskipun aku tahu bahwa sebetulnya masih banyak persoalan yang belum kuselesaikan, terutama perasaanku.
Aku mencoba tenang menghadapinya. Aku tidak ingin terdengar bersedih, meskipun sebetulnya ada rasa itu di dada. Kudengar suaranya sayu dan lemah. Aku tak kuat. Aku ingin agar dia tidak bersedih atau merasa bersalah atas apapun. Aku hanya ingin dia tahu bahwa aku baik-baik saja agar dia pun merasa baik-baik saja. Aku ingin dia bahagia. Aku tidak peduli tentang perasaanku sendiri. Sebab itu aku tidak ingin egois, memaksanya untuk terus bersamaku.
Aku mencintainya, sangat mencintainya. Tapi aku tahu bahwa dia tidak merasakan hal yang sama. Dia sudah bahagia dan memang seharusnya sudah bahagia tanpaku, atau segala urusan yang berhubungan denganku.
Maafkan aku Tuhan, aku masih belum sepenuhnya menetralkan hati. Aku tidak tahu bagaimana caranya pergi atau membunuh perasaanku ini. Sekalipun aku mencintainya seorang diri.
Salam sayang,
S.N.R.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar