Jumat, 30 Desember 2016

Tentang Aku yang Baru Bercadar

Aku ingin bercerita tentang aku yang baru bercadar. Aku bercadar masih belum lama. Sekitar satu bulan, itu pun masih sesekali melepasnya. Aku ingin istiqomah menjalankannya. Sampai pada titik ini sangat tidak mudah. Terlalu banyak halangan di dalamnya. Salah satu keputusan terberat yang harus saya ambil di tengah sinisnya lingkungan terhadap perempuan bercadar.

Tidak sedikit orang-orang di sekitar aku yang kontra dengan keputusan besar ini. Mereka berkata bahwa bercadarlah jika kelak punya suami dan suami mengizinkan. Sementara keinginan atas menutup diri pun tidak terbendung. Terlebih semakin banyak hal yang mendesak hatiku untuk menutup diri dari apapun. Aku masih belajar, sebab aku adalah perempuan yang sangat dhoif. Aku ingin lebih baik, namun terkadang aku lupa tentang banyak hal. Bercadar adalah caraku untuk bisa menyatakan cinta KepadaNya dan KekasihNya. Bercadar adalah caraku memuliakan ayah dan mama yang sangat aku kasihi.

Oh iya, di sini aku akan bercerita tentang orang-orang yang dijadikan Allah SWT perantara untukku bercadar.

1. Habib Umar Bin Hafizh dan Hubabah Nur 
Dalam diri beliau aku bisa melihat cinta yang mendalam kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Entah bagaimana, aku adalah manusia yang tidak akan luput dari dosa. Tapi setiap kali melihat beliau, aku hanya ingin menjadi perempuan yang lebih baik dan mulia. Beliau selalu mengajarkan cinta. Aku mengidolakan Sayyidah Khadijah Binti Khuwailid dan Sayyidah Fatimah Binti Rasulullah SAW sekalipun aku adalah perempuan yang tidak ada seujung kuku pun seperti yang aku idolakan. Melalui Habib Umar Bin Hafizh, aku dikenalkan oleh wanita yang pertama kali aku melihatnya, aku sangat jatuh cinta. Hubabah Nur, wanita mulia yang tidak lain adalah istri dari beliau. Melihat senyuman Hubabah, aku ingin menjadi lebih baik dari aku yang terdahulu. Beliau adalah salah satu perantara dari Allah untukku menutup diri. Beliau adalah kemuliaan yang Allah turunkan ke bumi sebagai penebar cinta kepada Allah, kepada Rasulullah SAW.

2. Ayu
Ayu adalah seorang gadis kecil. Dia adalah satu dari sekian jamaah di tempatku menuntut ilmu, Majelis Ta'lim Wal Aurod Az-Zahro. Dia adalah satu perantara yang juga menguatkan tekadku bercadar, saat pertama kali aku lihat dia duduk di majelis dengan cadar. Aku bertanya pada guruku, Syarifah Hayfa Alatas tentang Ayu. Setelah mendengar cerita tentang Ayu, aku berpikir keras tentang cadar. Dia selalu tersenyum ke arahku dengan tatapan yang manis. Aku malu ketika seorang anak yang seusia dengan siswiku di SMP, tapi mengambil jalan yang tidak terpikirkan oleh anak-anak seusianya, bahkan orang-orang seusiaku. Jawabannya hanya satu, "Ayu ingin mama masuk surga. Ayu tidak ingin mama masuk neraka." Semakin melihatnya semakin kuat keinginanku untuk menjadi seperti anak itu.

3. Halim Ghani
Halim Ghani, aku pernah bercerita tentangnya dan tentang kekagumanku terhadapnya. Terlepas dari rasa kagum, dia adalah satu dari sekian guru kehidupanku. Aku tidak mengenalnya, sama sekali. Aku hanya tahu Halim melalui media sosial. Selebihnya aku tidak tahu apa-apa. Halim adalah satu perantara Allah untukku bercadar. Dari tulisan-tulisannya, saya percaya bahwa dia adalah lelaki yang mamou memuliakan perempuan. Tidak sedikit postingannya yang menggambarkan tentang perempuan-perempuan shalihah, yang menutup diri dari apapun, kecuali suaminya. Dia menceritakan tentang kebahagiaan seorang suami yang memiliki istri yang mampu menjaga dirinya. Sungguh, di mataku Halim adalah lelaki terhormat. Sebab itu, aku ingin belajar menjadi perempuan terhormat yang mampu menjaga kehormatanku di hadapan siapapun.

4. Hubabah Halimah Alaydrus
Aku mencintai beliau. Awalku mengenal beliau adalah dari tulisan di beberapa buku, hingga pada 25 Desember 2016 kemarin aku bisa bertemu dan mencium tangan beliau secara langsung. Betapa kebahagiaan menyelimuti hatiku. Beliau bercerita tentang kemuliaan Rasulullah SAW, yang di tengah hikayah tersebut air mataku jatuh dengan sendirinya. Aku semakin mencintai Hubabah Halimah. Beliau mengajarkanku mencintai Rasulullah SAW melalui kemuliaan-kemuliaan yang beliau kisahkan. Aku ingin belajar menjadi lebih baik atas cintaku pada beliau.


Dari perantara-perantara tersebut, aku masih memiliki satu kebodohan. Aku memilih menutup diri dengan cadar, tapi masih befoto dan tidak menghargai cadarku sebagai satir agar siapapun tidak melihatku. Allah menegurku dengan keras malam ini. Semoga Allah mengampuni segala kekeliruanku. Aku hanya hamba Allah yang lemah, yang ingin mencintaiNya. 

Aku masih belajar, dan aku ingin terus belajar. Allah, aku mencintaiMu!



Salam,

S.N.R

Selasa, 27 Desember 2016

Bolehkah Aku Menangis?

Bolehkah aku menangis?

Sekuat apapun, aku adalah perempuan yang bisa menangis. Aku bisa menangis sebab terluka, bersedih, terharu, bahagia, atau bagaimanapun keadaan yang akan membuat semua perempuan menangis. Aku bukan patung atau batu yang hanya akan diam saja tanpa reaksi. Walaupun aku ingin menjadi seseorang yang tidak peduli pada keadaan. 

Tapi aku adalah seorang perempuan. Sekalipun aku tertawa, terlihat kuat, tapi aku juga bisa menangis. Dengan atau tanpa siapapun yang menyaksikan. Bukankah tangisan tidak pernah membutuhkan saksi? 

Aku yakin, bahwa air mata bukan hanya pertanda sebuah kelemahan. Tapi kekuatan yang memiliki batas dan batas itu sudah tidak sanggup lagi membendungnya.

Jadi, bolehkah aku menangis? Biarkan aku menangis dan semesta meninggalkanku seorang diri. Kadang hanya tangisan yang mampu memahami bahwa tidak semua jenis perasaan bisa diungkapkan dengan kata dan tawa. 

Aku tidak sedang mengemis, atau menangisi takdir. Hanya kadang ada beberapa keadaann yang sulit diterima. Dan aku menangis dengan cinta dalam dada.

Biarkan aku menangis.


Salam sayang,
S.N.R

Kamis, 22 Desember 2016

Pada Kenyataannya

Hari ini seseorang telah berkata padaku, "Kita tidak pernah tahu jodoh kita, kita hanya tahu bahwa kita selalu menginginkan seseorang menjadi jodoh kita."

Pada kenyataannya seperti itu. Dasarnya adalah keinginan. Tapi terkadang realita tidak berkata demikian. Saya dan seseorang itu mengalaminya. Dia pernah menginginkan seseorang yang dicintainya menjadi jodohnya, dan saya pun menginginkan seseorang yang saya cintai menjadi jodoh saya. Ah, berbicara dengannya selalu saja membuat saya menangis.

Dia berkata, "Siapapun harus bahagia, bersama atau terpisah dari seorang yang dicintainya."

Pada kenyataanya, saya tidak akan bisa hidup dengannya dan saya harus bahagia. Dia juga.

Rabu, 30 November 2016

Surat Terbuka Untuk Satu Desember

Surat ini kutulis pada detik-detik kebahagiaanmu. Telah kupersiapkan banyak do'a dan senyuman yang tertahan untuk menyambut binar di matamu. Ada banyak hal yang ingin kuberikan, namun terlalu tidak mungkin kurasa. Hanya ini kupersembahkan dari kejauhan. 

Selamat ulang tahun, lelaki yang kukasihi yang tertahan hujan dan malam. Aku menyadari bahwa aku tidak akan lagi bisa menemuimu saat ini kecuali bila Tuhan menghendaki. Aku tahu bahwa kau pun tidak ingin menemuiku entah sampai kapan. Tapi tak mengapa. Kau dan aku bisa menjaga diri satu sama lain bukan? Maka dari itu hanya ini kuberikan sebagai sesuatu yang semoga saja berkenan. 

Aku tidak tahu apa yang harus kuucapkan, selain teruslah bahagia dengan apapun dan siapapun. Teruslah tersenyum dan tertawa. Jangan pernah bersedih dan ragu atas segala sesuatu. Berjalanlah dengan keyakinanmu. 

Kau tahu, setelah lama kita tidak bercengkrama aku hanya menghabiskan waktu dengan menulis dan membayangkan banyak hal. Kenangan dan masa depan. Jika suatu ketika aku melihatmu bahagia bersama seorang perempuan beruntung yang membantuku melengkapi kebahagiaanmu sebagai seseorang, maka aku bersama kalian dalam do'a. Aku sudah merelakan banyak hal, percayalah. Dan kau harus berjanji padaku untuk tetap menjadi lelaki yang baik dan mengagumkan. Jangan main-main lagi ya!

Pada usiamu saat ini, kau haruslah bertambah dewasa dan matang dalam segala hal. Rasa cinta terhadap Tuhan, KekasihNya, dan kedua orang tua harus terus menjadi keutamaan. Jangan nakal! Jangan bersedih! Jangan berhenti berdo'a! Kau tentu masih percaya bukan bahwa do'a memiliki kekuatan yang luar biasa. Jangan tinggalkan dzikir dan shalawat! Jangan kurus! Dan jaga dirimu baik-baik!

Terima kasih karena sudah memberikanku banyak pelajaran kehidupan. Terima kasih sebab sudah mengantarkanku kembali menemukan Tuhan. Terima kasih sudah menjadi alasan aku banyak berdo'a. Terima kasih sudah mengajarkanku untuk lebih kuat. Terima kasih sudah menjadi bagian dari hidupku yang tidak biasa. Terima kasih sudah menjadi lelaki yang terhormat. Terima kasih sudah menjadi seseorang yang menyenangkan. Terima kasih untuk semua kenangan. Terima kasih sebab menjadi perantaraku untuk lebih dan lebih lagi mencintai Tuhan.

Maafkan aku yang belum baik. Maafkan aku yang selalu menyebalkan. Maafkan aku yang mengganggumu. Maafkan aku untuk segala kesedihanmu. Maafkan aku yang tidak bisa membuatmu bahagia. Maafkan aku yang suka mengeluh. Maafkan aku yang terlalu berani. 

Bahagia selalu untukmu. Sampai detik ini perasaanku masih sama. Hanya keadaan yang berbeda. Berjanjilah padaku untuk selalu baik-baik saja. 

Untuk satu Desembermu, selamat ulang tahun, berkah selalu kehidupanmu.


Salam,

Nuzulia, 30 November 2016

Kamis, 24 November 2016

Maafkan Aku

Aku tidak mengerti dengan keadaan ini. Tiba-tiba kamu Ad, terasa begitu asing. Tatapanmu yang seolah tidak menginginkanku, atau bahkan mungkin membenciku. Aku tidak mengerti mengapa aku bisa melihatmu demikian. 

Aku sedih, sangat sedih. Aku tidak mengerti apa salahku kepadamu. Kamu semakin jauh Ad. Sungguh. Jika aku mempunyai salah padamu, aku minta maaf. 

Satu yang suatu saat kamu ketahui ketika aku masih ada atau tidak, aku mencintaimu. Meskipun aku tahu takdir tidak memperkenankan aku hidup bersamamu. 

Kamu boleh membenciku, itu hakmu Ad. Semoga Tuhan tidak marah atas perasaan yang masih tidak dapat aku kendalikan sepenuhnya. Aku tidak akan membencimu sampai kapanpun. Ketika kamu inginkan kepergianku, aku akan pergi. Tapi percayalah, aku pergi sebab aku mencintaimu. 

Maafkan aku Ad, untuk segala kesalahanku yang membuatmu terluka. Maafkan aku yang masih mencintaimu.


Salam sayang dariku,
Nuzulia

Selasa, 22 November 2016

Sebuah Do'a

Tuhanku, aku tidak tahu apa yang harus kuutarakan. Segalanya begitu sulit dan sangat kaku. Aku ingin menjadi seseorang yang hanya kepadaMu aku kembali dan mencintai. Aku tidak ingin mencintai selainMu, tak ada yang kuketahui lagi. Kau adalah keabadian, mencintaiMu pun begitu. Beri aku kesempatan menata kehidupan.

Aku pernah kehilanganMu dan tak ingin lagi. 

Tuhanku, bolehkah aku meminta? Jatuhkan hatiku pada seseorang yang menghantarkan cintaku semakin menjadi padaMu. Kumohon. Beri aku jalan untuk menjadi perempuanMu yang cantik. Beri aku kesempatan untuk menjadi hambaMu. 

Kuserahkan hidupku di tanganMu.


Salam sayang, 

Nuzulia

Sabtu, 12 November 2016

Khayalan

Cinta adalah sebuah masalah yang tidak pernah ingin aku selesaikan. Mencintai segaa kemungkinan, atau ketidakmungkinan. Segalanya sederhana saja, sungguh. Aku tidak pernah lelah mencintai meskipun telah patah berkali-kali. Toh aku sadar bahwa yang membuat patah bukan cinta, melainkan harapan.

Aku suka bermain-main dengan khayalan dibanding berurusan dengan kenyataan. Banyak orang menyebutku bodoh dan tidak realistis. Aku akui mereka benar. Aku lelah terluka. Aku malas berharap pada makhluk. Aku ingin cukup harapan kusandarkan pada Tuhan dan bahagia dengan khayalanku yang paling tidak masuk akal. Jika suatu ketika aku bisa mewujudkan khayalanku itu, maka itu hanya bonus.

Aku hanya perempuan yang patah dan terluka. Siapa peduli terhadap perasaanku hari ini jika bukan diriku sendiri? Tidak ada yang mampu membahagiakan jiwaku selain Tuhan dan aku. Tidak ada. 

Semua yang berjanji pasti mengingkari, meninggalkan, dan hilang. Menyebalkan! Aku lebih mirip perempuan dungu yang hidup dalam bayang-bayang harapan dan omong kosong. Sementara rasa cintaku abadi, kekal. Seperti doa-doaku. Hanya Tuhan yang tahu itu. 

Suatu ketika beberapa kawan bicara tentang banyak laki-laki yang 'mengajak serius', dan aku menolak karena satu hal, aku lelah bermain-main dengan kenyataan. Buat apa aku bermain-main lagi. Aku lebih suka bermain-main dengan khayalan dan mimpi-mimpiku saja, tidak untuk kehidupanku. Aku malas berurusan dengan omong kosong.


Salam sayang,
S.N.R.

Rabu, 09 November 2016

Tuhan, Aku MencintaiMu, Sangat MencintaiMu

Tuhan itu Maha Adil. Setelah kesedihanku, Dia berikan kebahagiaan yang berkali-kali lipat. Bahkan sangat tidak terkira. Aku tidak tahu harus mula dari mana. Semuanya terasa sangat cepat. Semalam aku mendapat sebuah pesan yang tidak aneh lagi bagiku, tapi cukup untuk membuat perasaanku sedih. Aku mencoba untuk tetap tenang meskipun tidak semudah yang dibayangkan. Tapi aku bisa sedikit tenang.

Setelah aku menikmati kesedihanku, aku memutuskan untuk menyendiri sepulang kuliah. Ternyata aku mendapat sebuah pesan ucapan terima kasih dari seseorang yang begitu aku kagumi di negeri orang. Ah, itu sangat menyenangkan. 

Bahasanya yang santun, membuatku semakin mengaguminya dan aku bisa mengurangi sedikit kesedihanku. Aku tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan cintaku kepada Tuhan selain dengan Aku mencintaiMu Ya Tuhan, sangat mencintaiMu!!


Salam sayang,

S.N.R.

Selasa, 08 November 2016

Curhat

Sepertinya ingin menangis saja. Tuhan terlalu mencintaiku sungguh. Ternyata menuju baik itu tidak pernah mudah. Perasaanku habis terkuras, air mataku juga. Aku kadang lelah, ingin menyerah saja. Tapi aku terlalu percaya pada cintaku terhadap apapun itu, terhadap siapapun.

Harapan, hanya itu mungkin yang tepat melukiskan luka dalam dadaku. Aku terlalu berharap. Sehingga aku tidak dapat meninggalkan apapun yang begitu aku cintai, yang begitu aku harapkan.

Kadang rasanya ingin mati saja, membunuh diriku sendiri dan segalanya. Ah, bodoh. Hanya karena cinta yang tak sampai aku patah hati sepatah-patahnya. Tidak tahu ini akan berakhir kapan, tentu saja ini akan cukup lama. Aku harus menunggu atau pergi aku tidak tahu. Sementara yang begitu aku cinta sudah benar-benar tidak menginginkan aku muncul di hadapannya. Aku bingung.

Aku masih mengharapkan kedatangannya, tapi aku mengerti dia tidak akan pernah datang. Kini aku hanya perempuan Tuhan yang berkali-kali merasa sangat rapuh, sementara aku tidak tahu apa yang dia rasakan saat ini.

Aku mencintainya, maafkan aku Tuhan. Aku masih begitu mencintainya. Tidak ada yang tahu akan hal itu. Dalam hatiku masih namanya yang melekat. Aku masih belum bisa meluruhkannya dalam hujan. Masih belum bisa. Dan tidak ada yang mengerti kecuali Engkau, Tuhanku.

Mungkin aku bodoh. Aku hanya seorang perempuan yang patah hati dan begitu percaya pada perasaanku sendiri. Padahal harapanku kosong, sudah mati. Dibunuh keadaan atau diriku sendiri.

Aku tidak ingin mengeluh. Aku hanya cerita, aku hanya curhat. Aku adalah perempuan yang kalah dengan perasaan. Tapi aku percaya bahwa tidak ada yang bisa menyalahkan perasaan. Aku ingin menangis. Entah menangis di mana. Aku ingin sendirian saja. Tanpa kawan, tanpa teman.

Aku ingin menghabiskan perasaanku seorang diri. Setelahnya aku ingin lepas dari apapun yang kunamai luka. Saat ini aku hanya sedang mencintai, jika itu sebuah kesalahan maka aku tidak ingin cepat memperbaikinya. Jika mencintai dia adalah kebodohanku hari ini, biarlah aku menjadi perempuan yang benar-benar bodoh.

Kelak saat dia membaca ini, mungkin aku sudah pergi atau sudah mati. Biarlah, setidaknya aku bisa menuliskan sesuatu. Meskipun itu sebuah kesedihan yang seharusnya kupendam sendiri. Cukup aku dan Tuhan saja.


Salam sayang,

S.N.R.

Perihal Mencintai

Perihal mencintai, tidak ada yang tahu kepada siapa cinta akan jatuh dan berlabuh. Kapan dan di mana. Cinta itu jorok, kata orang. Cinta adalah anugerah dari Tuhan yang sangat baik. 

Cinta tidak harus memiliki, katanya. Tapi pada kenyataannya tidak ada yang benar-benar sanggup menjalani kehidupan dengan segala yang tidak dicintai. 

Hakikat cinta adalah mencintai Tuhan. Tanpa Dia, kita bukan apa-apa bukan siapa-siapa. Pernikahan tanpa cinta pun terasa begitu hambar dan kosong. Namun terkadang kita harus menyerahkan segalanya pada Tuhan. Menikah atas cinta yang dipilihkan Tuhan. Atau melihat seseorang yang dicintai menikah dengan orang lain yang dipilihkan Tuhan. Ah, pedih.

Do'a adalah cara mencintai paling terhormat. Sementara ikhlas adalah cara mencintai paling mengagumkan. Sekalipun ikhlas itu sangat sulit.

Selamat mencintai dan bahagia. 


Salam sayang, 

S.N.R.

Entah

Sungguh aku hanya bisa mendo'akan dari kejauhan. Aku tidak bisa berbuat apapun saat ini. Aku mencintainya, mencintai keluarganya. Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku hanya berharap mereka bahagia dan selalu berada dalam keadaan baik-baik saja.

Malam ini aku bermimpi. Entah apa yang menjadi dasar dari mimpiku, aku memimpikan ibu, bapak, dan adik perempuannya. Entah apa yang aku rasakan. Setiap melihat foto keluarga mereka, aku merasa tenang. Kadang rindu. Padahal tidak satu pun dari mereka menghendaki kehadiranku. Aku tidak tahu apa yang menjadi sebab dari perasaanku ini.

Aku hanya bisa berdo'a. Aku yakin suatu ketika aku akan bertemu lagi dengan mereka, kemudian memeluk ibunya. Itu keyakinanku yang entah akan terjadi atau tidak.


Salam sayang,

S.N.R.

Jumat, 04 November 2016

Surat Terbuka Untuk A.S.R.

Tuan,
tanpa mengurangi cinta dan rasa hormat
aku menulis ini.


Aku tahu telah lama kamu menghapus namaku dari do'a panjangmu. Tapi ketahuilah, kamu selalu mempunyai tempat sendiri dalam hati dan kehidupanku. Aku tidak tahu ini salah atau benar. Aku hanya memahami bahwa tidak ada yang benar-benar salah dan sepenuhnya benar. 

Aku masih mengingat namamu dengan baik. Nama yang selalu kutulis tanpa satu kekurangan. Nama yang selalu ada dalam dada. Nama yang masih kuharapkan bersanding denganku suatu ketika. Tapi aku sadar, keadaan tidak akan membuat harapan itu menjadi kenyataan. Sebab saat ini kamu sudah tidak lagi bersamaku, kamu sudah berada dalam kisah yang lain.

Kamu tahu, aku mencintaimu. Dan aku sudah tidak ingin mengungkapkan terang-terangan lagi di hadapanmu. Aku yakin itu tidak akan membuatmu mencintaiku, bahkan justru membenciku. Aku tidak ingin hal itu terjadi. Biarkan aku mencintaimu kini dalam diam yang tidak pernah aku suarakan. Biarkan aku mengenang segala yang pernah kita lalui. Biarkan aku mencintai segala yang kamu miliki. Biarkan aku mencintai kekuranganmu. Setidaknya hingga Tuhan berkata aku harus berhenti mencintaimu meskipun aku tak yakin untuk itu.

Aku ingin kamu baik-baik saja. Maka dari itu aku tidak ingin mengganggumu. Ketika kamu datang, pintu selalu kubuka lebar-lebar. Ketika kamu ingin pergi, maka pergilah jika memang dengan cara itu kamu akan bahagia. Aku tidak tahu dengan cara apa lagi mencintaimu selain berdo'a. Aku tidak tahu cara yang lain lagi. 

Terima kasih ya, kamu sudah mengajarkan aku banyak hal tentang kehidupan. Terima kasih kamu sudah menjadi bagian yang indah saat aku telah benar-benar jatuh. Terima kasih kamu sudah membawaku kembali untuk berdo'a. Terima kasih kamu sudah mengajarkan tabah dalam dadaku. Terima kasih kamu sudah begitu banyak berkorban waktu untukku. Terima kasih kamu menjagaku. Terima kasih kamu sudah berkenan menjaga perasaanku. Terima kasih kamu sudah sempat mencintaiku. Terima kasih kamu sudah sangat baik. Terima kasih kamu sudah berkenan untuk aku cintai. Terima kasih, terima kasih.

Maafkan aku belum sempurna. Maafkan aku yang tidak baik. Maafkan aku yang membuatmu bingung. Maafkan aku yang selalu membuatmu bersedih. Maafkan aku yang tidak pernah bisa membuat hatimu tenang. Maafkan aku belum bisa menjadi perempuan yang utuh. Maafkan aku yang seperti laki-laki. Maafkan aku yang memiliki langkah panjang. Maafkan aku yang selalu kekanak-kanakan. Maafkan aku yang selalu menyusahkanmu. Maafkan aku yang selalu merepotkanmu. Maafkan aku yang tidak bisa sehebat apa yang kamu katakan. Maafkan aku yang begitu mencintaimu.


Salam sayang,

Nuzulia

Jum'at Pagi, 4 November 2016

Pagi ini aku bersiap mengajar. Kulihat handphone sejenak, telepon berdering. Aku sedikit kaget melihat telepon dari dia. Lelaki yang masih begitu dahsyat menguasai perasaanku saat ini. Kuangkat teleponnya. Kami membicarakan hal yang tidak berhubungan dengan rasa cinta, hanya apapun yang seharusnya diselesaikan, mungkin. Meskipun aku tahu bahwa sebetulnya masih banyak persoalan yang belum kuselesaikan, terutama perasaanku.

Aku mencoba tenang menghadapinya. Aku tidak ingin terdengar bersedih, meskipun sebetulnya ada rasa itu di dada. Kudengar suaranya sayu dan lemah. Aku tak kuat. Aku ingin agar dia tidak bersedih atau merasa bersalah atas apapun. Aku hanya ingin dia tahu bahwa aku baik-baik saja agar dia pun merasa baik-baik saja. Aku ingin dia bahagia. Aku tidak peduli tentang perasaanku sendiri. Sebab itu aku tidak ingin egois, memaksanya untuk terus bersamaku.

Aku mencintainya, sangat mencintainya. Tapi aku tahu bahwa dia tidak merasakan hal yang sama. Dia sudah bahagia dan memang seharusnya sudah bahagia tanpaku, atau segala urusan yang berhubungan denganku. 

Maafkan aku Tuhan, aku masih belum sepenuhnya menetralkan hati. Aku tidak tahu bagaimana caranya pergi atau membunuh perasaanku ini. Sekalipun aku mencintainya seorang diri.


Salam sayang,

S.N.R.

Maafkan Aku, Tuhan...

Hari ini, Jum'at 4 November 2016. Saudara muslim setanah airku turun melakukan aksi damai menuntut keadilan atas seseorang yang telah menistakan firman Tuhanku. Aku ingin ikut, berada di barisan menggemakan takbir dan menegaskan langkahku di jalan Tuhan. Sebut saja bagian dari jihad. Tapi aku tidak bisa melakukan hal demikian.

Maafkan aku, Tuhan. Aku tidak bisa turut meneriakkan asmaMu menuju dada para petinggi negeri ini. Aku hanya tahu bahwa restuMu ada dalam restu kedua orang tuaku. Aku tidak ingin membuat mereka bersedih atas apa yang tidak mereka kehendaki. Aku tetap ingin menjadi mujahidahMu, Ya Tuhan. Aku ingin berjalan bersama saudara-saudaraku dan guru-guruku dengan tegak membela agamaku atas cintaku padaMu.

Tuhan, aku tahu Kau Maha Tahu bagaimana keadaanku saat ini. Dari kejauhan aku berdo'a untuk negeri ini, untuk perjuangan mereka. Ampuni aku yang berada pada keadaan abu-abu. Aku mencintaiMu.


Salam sayang, 

S.N.R.

Kamis, 03 November 2016

Jangan Bersedih

Aku tidak tahu harus menulis apa lagi saat ini selain tentang perasaan. Detik ini aku baru saja berpapasan dengan lelaki itu dan aku tidak merasa benar-benar baik-baik saja. Ada sedih yang tak bisa aku jelaskan, percayalah. Aku mencintainya dan kenyataan menuliskan bahwa dia (mungkin) bukan untukku. Aku yakin aku kuat menerimanya. Walau sebetulnya sangat berat.

Tuhan Yang Maha Baik mengantarkan aku pada sebuah keadaan yang aku butuhkan, membuatku lebih kuat dan lebih bahagia nantinya. Jangan bersedih, sekalipun sebetulnya aku memang bersedih. Aku ingin berada dalam keadaan netral, di mana aku tidak perlu banyak mengkindar dari kenyataan. Kadang aku tersiksa sendiri. Dan aku tahu bahwa siksaan itu datang dari harapan-harapanku yang mati. 

Ini gila. Aku merasakannya lagi. Kesedihan mendalam yang tidak pernah mampu aku jelaskan. Rasa kehilangan yang begitu cepat dan sedikit menyakitkan. Tapi aku mengerti bahwa Tuhan mencintaiku lebih dari aku mencintai siapapun di dunia ini. Dia bukan ingin aku bersedih, Dia hanya ingin aku belajar dan mengerti bahwa Dia tidak pernah pergi.

Duniaku yang tidak terlalu manis. Tidak ada lagi yang kutunggu selain kematian. Aku hanya ingin hidup lebih abadi setelah kematianku berkali-kali. Aku tidak ingin terlena lagi, aku tidak ingin bersedih lagi.

Jangan bersedih. Tidak ada yang benar-benar datang dan tidak ada yang benar-benar pergi. Aku tak kehilangan apapun dan siapapun. Aku harus bahagia. Mencintai Tuhan berkali-kali lagi. Tidak pernah meninggalkannya. 

Tuhan, aku mencintaiMu!

Salam sayang,

S.N.R.

Belajar Memperbaiki Diri

Aku bukan orang yang suci. Aku masih banyak dosa dan kesalahan. Aku ingin menjadi perempuan yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Aku ingin bisa membatasi diri dari banyak hal. Dari maksiat, dari perbuatan dosa, dari laki-laki. Aku lelah berharap pada manusia. Aku ingin menemui Tuhanku. Tuhan yang tidak pernah meninggalkan aku. Aku ingin menemuiNya setiap waktu, setiap kali darahku mengalir. 

Aku ingin menemui segala yang begitu aku rindukan. Rasulullah saw. Aku ingin menjadi perempuan yang mencintai kebaikan. Jika diberi kesempatan, aku ingin menutup diriku. Menutup diri dari yang membutakan mataku. Dari segala keburukan. Dari segala yang melalaikan. Aku ingin kembali, aku ingin kembali.

Aku ingin ikhlas dan memasrahkan kehidupanku pada takdir Tuhan saat ini.


Salam sayang, 

S.N.R.

Rabu, 02 November 2016

Belajar Ikhlas

Aku sedang belajar ikhlas. Ikhlas adalah kata yang mudah diucapkan tapi sulit dilakukan. Mengikhlaskan sesuatu atau seseorang sangat sulit. Sangat sulit. Tapi ikhlas menjadi salah satu cara untuk bahagia. Terlebih mengikhlaskan segala yang begitu dicintai.

Aku sedang belajar mengikhlaskan. Mengikhlaskan kenangan, mengikhlaskan perjalanan, mengikhlaskan seorang kekasih. Tapi Tuhan tidak pernah pergi. Dia dengan senang hati menuntun tanganku untuk menujuNya. Aku mengikhlaskan takdirku.

Aku sedang tidak berhasrat mencintai siapapun saat ini kecuali Tuhan. Dan tidak ada lagi yang layak untuk aku cintai kecuali Tuhan. Aku ingin mencintai apapun dan siapapun atas restu Tuhan. Meski aku tahu akan banyak godaan.

Mengikhlaskan bukan hal mudah. Terlebih ikhlas dari rasa cemburu. Kadang rasanya ingin menangis saja memahami takdir yang terjadi saat ini. Menyadari seseorang yang dicintai berada di pelukan orang lain dan membayangkan banyak hal, tentu itu sangat terdengar bodoh. 

Ikhlas terbaik adalah kembali kepada Tuhan. Sesulit apapun itu. Tidak ada yang lebih baik dari itu. Tuhan berkata bahwa aku jangan tertalu lama meratap. Dia bersamaku. Tidak ada yang bisa memahami perasaanku sehebat Dia. Aku mencintaiNya, sangat mencintaiNya. 

Dia sandaran terbaik. Dia tidak ingin aku menjadi perempuan yang murah dan mudah. Dia hanya ingin aku menjadi hamba cantik milikNya yang terhormat. Dia menjaga kehormatanku, Dia sangat mencintaiku. BersamaNya aku tidak pernah bersedih. 

Jika aku bisa menjadi seorang perempuan hebat, aku ingin sehebat Sayyidah Khadijah Binti Khuwailid ra, istri tercinta Rasulullah SAW. Beliau perempuan yang aku kagumi. Perempuan tangguh yang senantiasa mencintai Rasulullah SAW dan taat kepada Allah SWT. 

Aku ingin memiliki cinta yang mendalam kepada Tuhan selayaknya Rabiatul Adhawiyyah. Hingga kewafatannya, Beliau hanya paham bahwa setinggi-tingginya cinta adalah Allah SWT.

Allah, Tuhan yang aku cintai. Aku hanya perempuan rendah dan terhina di hadapan Mu aku tak lebih dari binatang jalang yang mengemis cintaMu. Siapa aku, aku bukan siapa-siapa. Aku hanya hamba, hamba yang selalu berdosa. Aku bukan Sayyidah Khadijah, bukan pula Rabiatul Adhawiyyah. Aku ingin memiliki cinta sekeras mereka di hadapanMu. Aku adalah kehinaan, sungguh. Tubuh dan jiwaku tidak lepas dari dosa dan dusta. Aku ingin kembali padaMu, menemuiMu dengan segala kehinaanku. 

Allah, peluk hatiku. Peluk jiwaku yang melulu tersesat dan kosong. Hampa. Aku ingin mencintaiMu selalu. Aku ingin melupakan kecintaanku kepada dunia. Aku ingin mencintai kehidupanku yang mencintaimu. Allah, aku ingin menangis, mengingat betapa durhakanya aku. Betapa bodohnya aku melupakanMu. Betapa hinanya aku yang jauh dariMu.

Aku mencintaiMu, Rabb. Aku mencintaiMu.


Salam sayang,

S.N.R.

Selasa, 01 November 2016

Halim Ghani

Halim Ghani, saya tidak mengerti mengapa saya melihat sesuatu dalam dirinya. Lelaki melayu yang berasal dari Malaysia itu memang tampan, bahkan sangat tampan. Tapi bukan sebatas dari ketampanan yang membuat saya tertarik. Wajahnya yang teduh, perangainya yang mengagumkan, dan takzimnya yang besar kepada ulama. Halim begitu mencintai ibunya dan guru-gurunya. Lebih tinggi lagi saya melihat kecintaan mendalam kepada Allah SWT. dan Rasulullah SAW. Saya hanya bisa melihat segelintir lelaki muda yang bisa sekuat itu dalam mencintai Tuhan dan utusanNya dari hati. Memuliakan gurunya.

Belum lama saya melihatnya di media sosial. Awalnya saya hanya tertarik melihat dia dan hasil foto-foto yang bagus. Menurut saya bagus, karena saya tidak terlalu memahami fotografi. Saat saya membuka akun media sosial Halim dan stalking lebih jauh, ternyata Halim adalah jamaah majelis dan begitu mencintai majelis shalawat dan ilmu. 

Saya pernah membuat komentar pada posting Halim di instagram. Dia membalas dengan bahasa yang sangat santun dan baik. Sungguh perangai lelaki yang sangat mengagumkan. Dia mampu membatasi diri dengan perempuan yang bukan mahramnya. Ah, calon suami idaman. Beruntung sekali wanita yang bisa bersanding dengan Halim di kehidupan dunia dan akhirat kelak.

Saya juga sangat mengagumi tulisan-tulisan Halim. Tulisan tentang ikhlas, tentang menjaga diri dari hal yang haram. Saya percaya Halim adalah lelaki yang banyak belajar dan dari Halim juga saya banyak belajar. Saat ini saya begitu mengagumi sosok Halim. Halim berbeda dalam banyak hal. Ketika banyak lelaki dengan label islami banyak yang mendekati perempuan-perempuan, Halim justru lebih suka membatasi dirinya sendiri. 

Saya paham bahwa saya bukan perempuan baik. Tapi saya mengagumi Halim dan ingin belajar menjadi perempuan yang baik. Perempuan milik Tuhan yang mampu menjaga diriku sebagai seorang perempuan. Perempuan yang ingin seperti Halim sebagai laki-laki, mampu membatasi diri dari banyak hal yang tidak baik sekalipun kesempatan begitu luas dan banyak. 

Kepada Halim Ghani, terima kasih kamu sudah banyak menginspirasi saya. Berkah selalu hidupmu, bahagia selalu. 


Salam,

S.N.R.

Senin, 31 Oktober 2016

Perempuan yang Kecewa

Bukan hal mudah menerima apapun yang dilalui. Sabar itu tidak ada batasnya, kata ibu. Tapi ketahuilah bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki banyak keterbatasan. Tuhan mengerti itu. Dia tidak pernah menuntut apapun dariku. Tuhan selalu menyerahkan segalanya di atas telapak tanganku. Aku bisa bersabar. Tapi ternyata aku bukan malaikat, aku bukan nabi, aku bukan perempuan di zaman nabi yang memiliki kesabaran tingkat tinggi. Ternyata aku juga bisa kecewa, sungguh.

Aku bisa menunggu lama, bahkan sangat lama. Aku mampu mencintai seseorang sejauh apapun. Aku mampu bahagia tanpa harapan. Tapi ternyata aku juga manusia. Aku adalah manusia yang hanya mengerti bahwa aku bisa mencintai dan sewaktu-waktu Tuhan bisa mengambil segala kebahagiaanku kemudian mengubahnya menjadi kekecewaan yang berkali-kali lipat.

Ya Tuhan.

Tak ada yang tahu bagaimana aku menunggu dan mencintai. Tidak ada. Tidak ada yang mengerti bahwa cinta yang kupunya adalah anugerah terindah dari Tuhan yang begitu aku syukuri. Tapi kembali lagi, aku hanya akan mencintai seorang dan tidak lepas dari harapan. Kadang aku benci berharap. Tapi harapan adalah hal yang manusiawi kurasa. 

Cukup berharap pada takdir Tuhan saja, jangan pada selainNya. Sungguh, aku berani bersaksi atas itu. Aku mencintai seorang lelaki dan kecewa. Dan aku hanya ingin bahagia. Demi Tuhan itu saja. Aku tidak bersalah atas itu, bukan?

Kata Tuhan, aku tidak boleh bersedih terlalu lama. Dia masih memelukku untuk bahagia lebih lama, bahkan seharusnya selamanya. 

Kepada (A.S.R.) lelaki yang aku cintai, maafkan aku belum bisa menjadi perempuanmu yang baik. Aku mencintaimu sebagai diriku sendiri. Aku mencintaimu tanpa alasan apapun. Aku mencintaimu tanpa ingin berhenti. Aku mencintaimu sekalipun kau tak ingin. Aku mencintaimu meski hari ini aku sedikit kecewa. Itu saja.


Salam sayang,

S.N.R.

Jumat, 28 Oktober 2016

Hanya Aku dan Tuhan

Jum'at yang basah. Aku kembali mengenang kesedihan demi kesedihan. Tapi aku tidak bersedih, hanya sekadar mengenang saja. Aku mengingat kembali do'a yang ingin aku kekalkan hari ini. Semuanya tidak benar-benar cukup. Dalam setiap tetesnya, hujan selalu menyimpan luka tersendiri. Tapi aku selalu suka hujan. Ketika hujan aku bisa berdo'a lebih lama, menemui Tuhanku lebih dekat lagi.

Tuhan. Dia ada bersamaku lebih dekat dari aliran darahku sendiri. Lihat saja bagaimana Dia membiarkanku terus bersandar pada-Nya, mengamati hal tersebut bukan perkara mudah, padahal baik. Dia hanya ingin aku mencintai-Nya lebih dari apapun, lebih dari siapapun. Aku ingin terus memeluknya dan bahagia. Melupakan kesedihan demi kesedihan.

Dia memelukku begitu erat. Ketika dia meninggalkanku, Dia semakin kuat memeluk tubuh dan hatiku. Dia Tuhanku yang menakjubkan. Aku sudah tidak bisa bersedih lagi sekarang. Aku hanya tahu bahwa aku mencintainya lebih dari siapapun saat ini. Aku ingin kembali jadi hamba-Nya yang cantik. Yang dicintainya. 

Oh Tuhanku, aku mencintai-Mu dan biarkan aku mencintai-Mu.

Salam sayang,

S.N.R.

Kamis, 27 Oktober 2016

Ketika Aku Harus Memilih

Kalian tahu, anak-anakku mencintaiku dengan cara yang begitu mengagumkan. Mereka begitu suka menyatakan cinta setiap harinya, setiap waktu ketika bersamaku. Itu sangat menyenangkan sungguh. Aku adalah perempuan yang patah hati tapi masih bersyukur atas sebuah kebahagiaan. Mereka yang menjadi sebab-sebabnya.

Baiklah, aku akan mulai menceritakan tentang mereka. Setiap hari mereka menulis surat cinta yang berisikan, "I LOVE YOU BU LIA". Saya hanya tertawa. Mereka selalu berkata aku tidak boleh sakit, aku tidak boleh izin tidak masuk kelas, aku tidak boleh mengajar di kelas lain, aku tidak boleh pergi meninggalkan kota ini. Mereka sangat manja. Tapi aku suka. Tingkah mereka polos dan membuat aku begitu merasa berharga.

Setiap pagi mereka menghampiriku dengan mencium tangan dan kedua pipiku. Oh, itu sungguh sangat romantis. Setiap kepulangan sekolah pun seperti itu. Dengan polosnya mereka berkata, "Ibu Lia jangan pernah pergi." 

Kadang aku tidak ingin mereka dewasa. Tapi pasti mereka akan dewasa. Semoga Tuhan selalu membahagiakan mereka.


Salam sayang,

S.N.R.

Selasa, 25 Oktober 2016

Tuhan Menguatkanku

Penggantimu aku yakin bukan untuk dicari, Ad. Semakin keras aku berusaha mencari, maka aku tidak akan pernah menemukannya. Aku hanya bisa diam saat ini. Menulis dan menikmati perasaan yang ternyata tidak pernah bisa kuutarakan lebih jauh lagi. Cinta ini terlalu menyenangkan untuk kulupakan begitu saja. Meskipun aku merasakannya sendirian, tanpamu, dan melihatmu tertawa di pelukan orang lain.

Tuhan menguatkanku. Ya, Dia menguatkanku walau air mata terjatuh ke tanah. Dia memegang erat hatiku sekalipun aku sedang merasa kehilanganNya dan diriku sendiri. Dia menguatkanku. Dia tidak meninggalkanku, Ad. Dia memintaku untuk tetap bahagia mencintaimu dengan memilikiNya. Oh, sungguh Dia begitu baik.

Aku pernah begitu egois memaksamu untuk tetap bersamaku. Tapi aku sadar, tidak ada yang boleh aku paksakan. Bahagia selalu, Ad. Do'aku selalu bersamamu, menyertaimu.


Salam sayang,

S.N.R.


Untukmu,

A.S.R.

Aku Ikhlas

"Aku ikhlas melepaskanmu, Ad. Aku ikhlas."


Tidak mudah melepaskan siapapun yang dicintai untuk hidup dengan orang lain. Tapi itu yang harus aku lakukan. Karena tidak semua cinta berhak memiliki tuannya. Aku mencintainya jauh lebih besar dari cintanya padaku. Aku tidak pernah tahu apakah dia mencintaiku atau tidak. Cinta selalu memiliki tempatnya masing-masing. Tidak ada cinta yang benar-benar hilang. 

Kali ini dia mulai melangkah pergi. Pergi ke pelukan orang lain. Pergi untuk mencintai orang lain. Ada sebuah kesedihan yang tidak bisa diungkapkan. Hanya saja, aku harus merelakannya untuk bahagia dengan siapapun itu. Aku mencintainya. Aku tahu setelah aku membalikkan badanku untuk pergi darinya, aku hanya akan mencintainya seorang diri.

Aku masih memiliki keyakinan itu. Hanya aku tahu diri, bahwa aku dan dia milik Tuhan, milik takdir. Aku tidak ingin memaksakan apapun. Demi Tuhan. 

"Ad, bahagia selalu untukmu. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Dengan siapapun kamu hari ini, berjanjilah padaku kamu akan melakukan segalanya dengan cinta. Karena cinta akan membahagiakanmu dengan keyakinan. Maafkan aku, Ad. Aku belum bisa menjadi perempuanmu yang baik. Bahagia selalu sayangku. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu."


Salam sayang,

S.N.R.

Senin, 24 Oktober 2016

Bukan Hanya Mencintai Dia, Tapi Juga Keluarganya

Penolakan memang bukan hal yang menyenangkan. Bahkan mungkin bisa berujung sakit hati, benci, atau bahkan dendam. Tapi tidak denganku. Penolakan yang aku alami justru membuatku semakin mencintai lelaki itu, bahkan keluarganya. Entah bagaimana bisa Tuhan membuat hatiku begitu bahagianya ketika senantiasa melihat kebahagiaan mereka di kejauhan.

Belum lama ini adik perempuan lelaki yang aku cintai itu mengukuhkan selesainya jenjang pendidikan S2-nya. Dia posting foto-foto kebahagiaan mereka. Aku tersenyum. Ada kebahagiaan yang tidak bisa aku jelaskan di sana. Kadang di benakku terbersit, "Seandainya ada aku di tengah-tengah mereka." Ah, tapi itu tidak mungkin. Melihat kebahagiaan mereka saja sudah sangat cukup bagiku. Aku tidak begitu mengenal mereka, tapi ada kedekatan antara hatiku dengan mereka.

Ibu, ibu dari lelakiku. Aku melihat bagaimana matanya yang teguh dan menyimpan resah, tapi masih saja terlihat begitu teduh. Ketika ibu tersenyum, ada kebahagiaan yang tak ingin banyak aku ceritakan. Sebab ketika aku bertemu dengannya, aku hanya melihat gelisah. Dan sungguh aku merasa bersalah.

Mereka adalah keluarga yang baik. Aku tidak ingin sebab sifat egoku, justru menjadi peyebab kesedihan mereka. Aku hanya ingin melihat mereka bahagia, sekalipun aku tidak berada di tengah mereka. Aku sendiri tidak mengerti bagaimana aku mencintai lelaki itu dan keluarganya, tapi sungguh aku mencintai mereka lebih dari yang mereka pahami tentang perasaanku.


Salam sayang,

S.N.R

Untuk 
A.S.R. dan keluarga.

Sabtu, 22 Oktober 2016

Perbedaan

"Aku dan dia berbeda, sangat berbeda. Aku mencintainya dengan kesadaran penuh bahwa dia adalah orang baik-baik sementara aku bukan. Tapi aku mencintainya dan dia masih bagian dari alasanku berdo'a."

Kami berbeda. Bukan soal agama. Tapi tidak terlepas dari kami menjalaninya. Dia adalah lelaki yang terlahir dari keluarga baik dan agamis, dibesarkan di lingkungan yang baik, bahkan di salah satu pondok pesantren ternama di Indonesia. Sementara aku besar di lingkungan yang biasa saja dan besar dengan pendidikan pada umumnya. 

Aku mengenalnya sebentar saja. Belum terlalu lama, tapi Tuhan begitu erat menanamkan wajahnya di benakku. Dia adalah lelaki yang tidak biasa. Dia sangat mengagumkan bagiku. Aku mencintainya. Dia mengajarkanku banyak hal, yang utama adalah berdo'a. Dia seperti keyakinan baru setelah hilang keyakinanku dalam waktu yang lama, di masa lalu.

Tapi aku dan dia tidak pernah tahu bagaimana takdir menuliskan nama kami. Aku masih belum memastikan hal itu. Bahkan kelakuanku saja belum baik. Sementara jika aku ingin meminta dia kepada Tuhan, aku harus menjadi perempuan yang baik terlebih dahulu.

Dia adalah lelaki berpendidikan. Lulusan S2 di salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Tentu saja akan banyak perempuan hebat yang ingin menjadi pendamping hidupnya sebab dia adalah lelaki yang berkualitas. Tapi aku tidak pernah mau tahu hal apapun kecuali bahwa aku mencintainya saat ini dengan alasan bahwa aku mencintainya. 

Bagiku, cinta adalah sesuatu yang fitrah, dasar dari hidup manusia. Keabadian yang tidak pernah bisa diungkapkan dengan lisan. Tuhan yang telah menganugerahkannya. Begitupun aku kepadanya.

Jika Tuhan memperkenankan aku bersamanya, aku sangat bersyukur dan bahagia. Menjadi bagian dari hidup dan kebahagiaannya. Jika Tuhan tak memperkenankan aku bersamanya, aku hanya akan terus berdo'a dia bahagia dengan siapapun yang mencintai dan dicintainya.


Salam sayang,

S.N.R.

Sabtu, 15 Oktober 2016

Perempuan Milik Tuhan

"Sekeras apapun menghindar, tetap saja aku adalah milik Dia. Tuhan yang aku cintai."

Tidak ada yang bisa menghindari kehebatan Dia, Tuhan yang aku cintai. Sekeras apapun menghindar, tetap saja aku milikNya. Bodoh sekali ketika aku memutuskan untuk melupakanNya, sementara Dia ada di dalam diriku. Aku adalah perempuan milik Tuhan. Akku mencintaiNya dan Dia mencintaiku. 

Percayalah, tidak ada kekasih sekeren Dia di belahan bumi manapun. Dia tidak pernah meninggalkanku. Dia selalu ada dalam keluh kesahku. Aku pernah mencoba pergi dariNya, tapi Dia terus saja memelukku dengan begitu eratnya. Aku bisa apa?

Aku menemui Dia kembali. Dia masih merentangkan tanganNya untuk menyambut pelukanku. Ah, Dia itu sangat romantis. Aku tak mengenal surga atau neraka, yang aku pahami hanya aku ingin terus mencintai dan bersamaNya setiap waktu. Sederhana saja. 

Aku tak pernah tahu Dia seperti apa. Aku hanya mengerti Dia ada dalam langkahku, senyumanku, sedih, dan segala kedukaanku. Dia itu sangat luar biasa. Tidak ada yang mampu menyentuh hatiku sedalam Dia. 

Aku mencintaiNya dengan caraku. Dan aku ingin terus mencintaiNya dengan cara yang tidak dimiliki banyak orang. Aku adalah milikNya. 

Aku kadang suka membuatNya cemburu, semoga saja Dia tidak marah kepadaku. Ketika Dia cemburu apapun akan dilakukan agar aku kembali ke pelukanNya. Tuhanku itu sangat manis. Aku bukan perempuan shalihah, tapi Dia menjagaku lebih dari aku menjaga diriku sendiri. Dia selalu berkata, "Aku mencintaimu, hambaKu yang cantik." Dan sungguh tidak ada pernyataan paling membahagiakan selain hal tersebut.

Aku belum menikah. Bukan Dia tidak ingin aku menikah, hanya saja yang aku pahami Dia ingin agar aku menikah dengan seseorang yang akan membahagiakanku dan tidak membuat kesedihan di hidupku. Aku tahu bahwa Dia hanya ingin pilihanNya tepat untuk mendampingiku menujuNya.

Tuhan, Aku MencintaiMu!


Salam sayang,

S.N.R.

Jumat, 14 Oktober 2016

MENCINTAI TAKDIR

Kalian tahu yang paling sulit bagi seseorang adalah menerima takdir dan keadaan. Terlebih jika tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Kebanyakan "sindrom galau" dan ketidakmampuan menerima kenyataan lahir dari perasaan yang menggebu-gebu, harapan, keinginan yang tidak terealisasi kemudian berubah menjadi kekecewaan dan berujung pada kehilangan Tuhan. 

Sebagai penulis, saya pernah mengalami fase di mana Tuhan ada tapi tidak saya hidupkan di dalam diri saya. Ini sangat terdegar konyol, tapi begitulah kenyataannya. Saya pernah mencintai kemudian kehilangan yang dicintai, hingga saya menyalahkan keadaan dan Tuhan. 

Semakin kita menyalahkan Tuhan, maka semakin rusak hati dan hilang arah di kehidupan kita sendiri. Bersedih itu manusiawi, tapi adakalanya kita berpikir bahwa kecemburuan Tuhan itu sangat dahsyat adanya. Saya saksi hidup atas hal tersebut.

Takdir harus dicintai. Jangan disalahkan terus-menerus, karena tidak ada yang salah dari takdir. Kalian dan saya hanya perlu bersyukur dan jangan teralu banyak berharap pada seorang pun atau benda dalam bentuk apapun di muka bumi ini. Tuhan mencintai saya dan kalian. Jangan buat Tuhan cemburu, cintai Dia dan takdir yang telah menjadi ketetapanNya. Kita pasti akan bahagia.


Sekian,
Salam sayang

S.N.R